BI: Pertumbuhan Ekonomi Banten di Atas Nasional

Perbaikan kinerja ekspor serta masih tingginya level konsumsi masyarakat sepanjang tahun, menjadi motor utama penggerak perekonomian Banten.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 10 Des 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2018, 17:00 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Banten menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Banten mencapai 5,89 persen. Angka tersebut di atas dari realisasi nasional yang tercatat 5,1 persen. 

Selain itu, pencapaian ini juga lebih tinggi dari target nasional yang dicanangkan Menteri keuangan Sri Mulyani yang di angka 5,4 persen dan BI yang di level 5,2 persen.

"Perbaikan kinerja ekspor serta masih tingginya level konsumsi masyarakat sepanjang tahun, menjadi motor utama penggerak perekonomian Banten di tahun 2018," kata Rahmat Hernowo, Kepala BI KPw Banten, dikantornya, Kota Serang, Banten, Senin (10/12/2018).

Pasokan dan kestabilan harga di Banten di anggap stabil oleh BI Banten. Kemudian stabilitas keuangan dan pertumbuhan indikator makro perbankan Banten, berada di atas pertumbuhan nasional dengan level risiko yang berada di bawah nilai indikatif.

"Ketidakpastian ekonomi global akan mendatangkan sejumlah gelombang tantangan dan risiko yang perlu kita semua waspadai, dalam perjalanan perekonomian domestik dan regional di tahun mendatang," terangnya.

Menurutnya, selama tahun 2018 banyak tantangan dalam perekonomian nasional, seperti pertumbuhan ekonomi Dunai yang cukup tinggi, kemungkinan akan melandai ditahun 2019.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diprakirakan akan menurun, sedangkan di Uni Eropa dan Tiongkok melandai. Sementara itu, tekanan inflasi mulai tinggi di Amerika Serikat dan cenderung akan meningkat di Uni Eropa dan sejumlah negara lain.

Keduanya, kenaikan suku bunga bank central AS, the Fed akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter di Uni Eropa dan sejumlah negara maju lainnya.

Lalu, ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong tingginya premi risiko investasi ke negara Emerging Markets. Ketidakpastian semakin tinggi dengan munculnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat, dengan sejumlah negara lain khususnya rebalancing di Tiongkok, terjadinya krisis ekonomi Argentina dan Turki, serta sejumlah risiko geopolitik.

Karenanya Banten yang lokasinya dekat dengan Jakarta, memiliki potensi besar untuk menopang perekonomian nasional. Selain itu, Banten memiliki kawasan industri seluas satu persen dibandingkan kuas wilayahnya.

Kemudian banyaknya Proyek Strategis Nasional (PSN), seperti tol Serang-Panimbang, KEK Tanjung Lesung, rencana pembangunan PLTU Suralaya unit 9 dan 10, hingga pembangunan dua waduk besar.

"Posisi geografis yang strategis, basis industri yang besar, kesiapan infrastruktur konektivitas dan energi yang baik, menjadikan Banten sebagai salah satu provinsi yang memiliki daya saing perekonomian yang tinggi," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi RI Bakal Capai 5,18 Persen pada 2019

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) mematok pertumbuhan ekonomi 5,18 persen pada 2019. Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana menyebutkan, angka proyeksi tersebut dinilai masih cukup menantang di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian.

"Pertumbuhan ekonomi tahun ini saja ekspetasi 5,14 persen dan tahun depan 5,18 persen jadi proyeksi kita masih ada peningkatan," kata Wisnu dalam paparan proyeksi ekonomi 2019 di Menara Danamon, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Dia mengungkapkan, kondisi ekonomi domestik masih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal atau kondisi ekonomi global pada 2019. Hal tersebut dipastikan akan banyak mempengaruhi roda pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 

Wisnu melanjutkan, konsumsi rumah tangga akan menjadi faktor utama yang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019. 

"Tahun 2019 Indonesia bertumpu di konsumsi masyarakat, terkait tabungan domestik bruto itu intinya swasta dan konsumsi negara punya revenue sama hard revenue yang dana datang dari luar," dia menambahkan.

Target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan ditetapkan sebesar 5,3 persen dalam RAPBN 2019. Sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuan ekonomi tahun ini yang diperkirakan hanya kisaran 5,1 persen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya