Pemerintah Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di 13 Kota

Sejumlah Pemda sudah berkomitmen membangun pembangkit listrik berbahan baku sampah.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Jan 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 10:00 WIB
Gunung Sampah TPA Cipayung Depok Capai 20 Meter
Penampakan gunung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung, Depok, Jawa Barat, Jumat (28/12). Kondisi TPA tersebut melebihi kapasitas. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Inisiatif sejumlah pemerintah daerah (Pemda) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), dinilai merupakan langkah jitu sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah sampah, terutama sampah plastik. Inisiatif tersebut sekaligus mendukung program kelistrikan nasional.

Sejumlah Pemda yang sudah berkomitmen membangun pembangkit listrik berbahan baku sampah tersebut, diantaranya adalah Kota Semarang, Denpasar, Tangerang, Tangerang Selatan, dan sejumlah kota besar lainnya.

Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementrian ESDM Andriah Feby Misna menyatakan, hasil survei yang dilakukan pemerintah, terdapat sekitar 15 kota yang memiliki sampah dengan jumlah besar, diantaranya DKI Jakarta dengan potensi sampah yang mencapai 7.000 ton per hari. Kemudian disusul Surabaya, Bandung dan Bekasi.

Diperkirakan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut mampu menghasilkan potensi energi listrik sekitar 2.000 MW. Pemerintah sendiri menargetkan pembangunan PLTSa di 13 kota, yakni DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, Manado dan Bali.

"Kita menyadari sampah mempunyai potensi energi biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi listrik, tetapi juga tidak tertutup peluang untuk bisa kita manfaatkan menjadi biofuel," ujar Andriah di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

‎Progres paling cepat adalah yang dilakukan Pemkot Semarang, yang menargetkan PLTSa Jatibarang dapat beroperasi pada April tahun ini. PLTSa tersebut direncanakan akan memproduksi arus listrik sebesar 1,3 megawatt, dengan menggunakan teknologi insinerator dan landfill gas (LFG), yang saling terintegrasi.

"Teknologi insinerator bisa mengurangi sampah secara signifikan karena mampu mereduksi hingga 90 persen. Jadi, nantinya hanya akan tersisa residu sampah 10 persen," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Muthohar.

Begitupula halnya dengan Pemkot Tangerang Selatan dan Pemkab Tangerang, keduanya mempercepat proses pembangunan PLTSa di masing-masing wilayah. Pemkot Tangsel saat ini tengah melakukan proses seleksi terhadap 12 perusahaan yang akan membangun PLTSa di Cipeucang, Tangsel. Sebagian besar perusahaan tersebut berasal dari luar negeri.

Diharapkan, proses seleksi tersebut bisa segera selesai dan pembangunan serta operasional Pembangkit Listrik Tenaga Sampah tersebut bisa berproduksi pada 2021. Sementara, Pemkot Tangerang tengah melakukan studi kelayakan terutama biaya pengelolaan sampah alias tipping fee yang akan ditawarkan ke investor.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Didukung Asosiasi

Gunung Sampah TPA Cipayung Depok Capai 20 Meter
Alat berat mengeruk sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung, Depok, Jawa Barat, Jumat (28/12). TPA tersebut menampung sampah Kota Depok. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Upaya pemanfaatan sampah menjadi bahan baku pembangkit listrik ini juga mendapatkan dukungan dari Asosiasi lndustri Olefin, Aromatik dan Plastik lndonesia (Inaplas).

Menurut Wakil Ketua Inaplas Suhat Miyarso, asosiasinya bahkan mendukung pemerintah pusat memberikan insetif kepada sejumlah Pemda tersebut, karena dinilai kreatif dan proaktif dalam menangani masalah sampah, khususnya sampah plastik.

"Inaplas mendukung upaya sejumlah Pemda yang mengelola sampah plastik menjadi sumber pembangkit listrik," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya