Adanya Panen Raya Belum Tentu Turunkan Harga Jagung

Impor menjadi satu-satunya upaya untuk menekan melonjaknya harga jagung yang kemudian berimbas pada kenaikan harga telur.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2019, 16:31 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2019, 16:31 WIB
Jokowi Hadiri Panen Raya Jagung di Tuban
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdialog dengan petani saat panen raya jagung di Perhutanan Sosial, Ngimbang, Tuban, Jawa Timur, Jumat (9/3). Kegiatan ini merupakan rangkaian kunjungan kerja di Jawa Timur. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, harga jagung tidak turun meskipun sudah memasuki masa panen. Hal ini karena jumlah jagung yang dapat dipanen belum mampu menutupi kebutuhan di pasaran.

"Meskipun pada panen, panen berapa banyak pertanyaannya kan gitu. Kalau banyak dan melimpah harga sudah jatuh," ujar Darmin saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Saat ini, kata Darmin, impor menjadi satu-satunya upaya untuk menekan melonjaknya harga jagung yang kemudian berimbas pada kenaikan harga telur dan daging ayam. Padahal kedua jenis komoditas ini sangat dibutuhkan masyarakat.

"Syukur ada impor ini kalau tidak harganya bisa Rp 8.000. Asal kamu tahu masyarakat kita proteinnya yang paling banyak makan apa? Telor sama ayam. Nah artinya jangan main-main sama telur. Itu akan memengaruhi betul gizi orang," jelasnya.

Darmin menambahkan, peternak di Indonesia sebagian besar adalah peternak kecil. Peternak ini jarang memiliki gudang penyimpanan jagung yang besar. Sehingga, begitu terjadi kekurangan stok akan langsung mempegaruhi harga.

"Tapi petelor, kamu pernah pergi ke blitar? Kecil-kecil, tidak punya gudang untuk nyimpen jagung. Jadi setiap dia beli mungkin untuk jagung sebulan dia beli, dia campur macam-macam artinya dia nggak punya stok. Kalau harga naik, kena dia," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

26 Ribu Ton Jagung Impor Segera Masuk ke RI

Jokowi Hadiri Panen Raya Jagung di Tuban
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri panen raya jagung di Perhutanan Sosial, Ngimbang, Tuban, Jumat (9/3). Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, sebanyak 74 ribujagung impor telah masuk pada akhir 2018. Jumlah tersebut berasal dari kuota impor yang ditetapkan sebesar 100 ribu ton.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, dari 100 ribu ton yang ditetapkan, belum semuanya masuk ke Indonesia. Sisanya sebesar 26 ribu ton dipastikan segera masuk dalam waktu dekat.

"Untuk impor jagung, sesuai dengan Rakortas yaitu sebesar 100 ribu ton (di 2018). Itu 74 ribu sudah masuk ke Indonesia, sisanya segera masuk," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (8/1/2019). 

Ketut menyatakan, pemerintah memang sengaja tidak langsung memasukkan 100 ribu ton jagung yang telah ditetapkan. Hal ini untuk melihat seberapa besar kebutuhan di dalam negeri.

Menurut dia, jangan sampai jagung impor tersebut masuk saat petani tengah panen. Sehingga tidak membuat harga jagung petani anjlok.

"Kita tidak mau masuk gerojokan (semua), karena kita jaga petani gaung kita. Jangan sampai masuk pas masa panen, nanti jagung impor masuk, petani kita kecewa. Ini bagaimana petani jagung untung, peternak juga untung. Ini sangat terkait," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya