Liputan6.com, Jakarta - Tenaga pemasar adalah kekuatan setiap perusahaan, tak terkecuali PT AIA Indonesia. Perusahaan asuransi jiwa ini mengklaim dirinya berbeda dengan agensi lain karena memiliki sumber daya yang kompeten dan produktif.
AIA dicatat sebagai perusahaan dengan agen MDRT (Million Dollar Round Table) nomor satu di dunia selama 4 tahun berturut-turut. Di Indonesia, AIA juga berhasil meraih penghargaan sebagai Top Agent of the Year dalam The Top Agent Awards yang diselenggarakan AAJI. Untuk diketahui, MDRT merupakan perkumpulan agen asuransi jiwa dengan perolehan premi jumbo.
Baca Juga
Presiden Direktur AIA Ben Ng menyatakan, tenaga pemasar AIA dikenal profesional dan berkualitas. Fokus agen yaitu bagaimana dapat menjadi teman baik pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya di waktu yang akan datang.
Advertisement
"AIA memiliki 400 anggota MDRT di Indonesia. Rasionya, 1:10. Setiap 10 agen AIA, 1 orangnya adalah agen MDRT," jelas Ben di Jakarta, Jumat (15/03/2019).
Berdasarkan data MDRT, pada 2018 jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia yan menjadi anggota MDRT mencapai 2.408 orang, meningkat 49 persen dari tahun sebelumnya dan menduduki posisi ke-4 di kawasan ASEAN setelah Thailand, Vietnam dan Filipina.
AIA sendiri berencana menambah jumlah agen MDRT untuk mendukung pertumbuhan premi, salah satunya dengan meluncurkan co-working space Big Bang dengan beragam pelatihan untuk agen agar menyabet titel MDRT dan diakui profesionalitasnya di dunia.
Agen Masih Jadi Andalan AIA Financial Buat Kumpulkan Premi
Jalur keagenan tetap menjadi fokus PT AIA Financial untuk memperkuat pasar. Jalur keagenan memberi kontribusi yang cukup signifikan terhadap total pendapatan premi asuransi.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan premi industri asuransi jiwa pada kuartal III 2018 capai Rp 140,9 triliun dengan kontribusi agen sebesar 39,7 persen.
Peluang ini dilihat sebagai sebuah momentum bagi AIA untuk mendorong lebih banyak agen asuransi menjadi agen Million Dollar Round Table (MDRT). Agen MDRT dinilai memiliki kualitas dan profesionalisme yang tinggi. Untuk diketahui, MDRT merupakan perkumpulan agen asuransi jiwa dengan perolehan premi jumbo.
BACA JUGA
Direktur Keagenan AIA Financial Ang Tiam Kit menyatakan, fokus bisnis AIA adalah nasabah. Untuk dapat melayani nasabah dengan baik, dibutuhkan agen yang kompeten.
"Konsumen butuh penjelasan bukan hanya sekadar keuntungan bergabung dengan asuransi, tapi mengapa mereka butuh asuransi, apakah dengan membayar premi itu worth it dengan apa yang mereka dapatkan nantinya. Penjelasan itu hanya bisa dilakukan agen yang profesional," ujar Ang di Jakarta, Jumat (15/03/2019).
Ang juga menambahkan, karakter setiap nasabah berbeda. Ada yang sadar diri dan datang langsung mendaftar asuransi, ada juga yang harus dipancing dan didatangi dengan bukti bahwa asuransi bukan hal yang sia-sia. Agen AIA adalah tim yang akan datang dan melakukan hal itu.
Demi mewujudkan agen AIA Financial yang lebih produktif, AIA telah luncurkan AIA Big Bang, sebuah wadah belajar bagi agen AIA sekaligus bentuk dukungan AIA untuk anak muda yang ingin fokus menitu karier di profesi agen asuransi.
Advertisement
AIA Tetap Yakin Kinerja Stabil Meskipun Industri Menurun
Industri asuransi Indonesia semakin terpuruk. Belum cukup penurunan tahun 2018, per Januari 2019 tercatat 55,49 persen laba jatuh dari semula Rp 542,23 miliar menjadi Rp 240,89 miliar.
Tercatat laba tersebut turun karena pendapatan premi yang juga anjlok 16,08 persen, berdasarkan data Statistik Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pendapatan premi yang semula Rp 16,23 triliun terjun bebas jadi Rp 13,62 triliun.
Meski begitu, AIA mengklaim dirinya tetap sehat dan stabil di tengah lesunya industri asuransi jiwa. Hal ini disampaikan Presiden Direktur AIA, Ben Ng selepas acara Grand Opening AIA Big Bang di Jakarta.
"Kami sehat dan stabil. Saya tidak bisa sebutkan angka pastinya karena AIA belum keluar rilisnya. Yang pasti kita fokus ke produk proteksi jangka panjang" ungkap Ben di Gedung AIA Central, Jakarta (15/04/2019).
Perlu diketahui, hasil investasi AIA per 2018 (un-audited) minus Rp 25,14 miliar. Ben menanggapi hal ini dengan santai. Dirinya mengklaim, AIA fokus dan punya lebih banyak produk proteksi daripada investasi.
Meski begitu, Ben tetap mengambil strategi untuk mengatasi hasil investasi yang minus, yaitu dengan menerapkan dollar cost averaging jangka panjang. Ketika nilai dolar naik, disarankan untuk sedikit bertransaksi dan ketika turun, nasabah dapat membeli sebanyak-banyaknya.