Grab Bakal Bangun Shelter di Stasiun MRT

Grab akan bangun shelter untuk turun naik penumpang di stasiun MRT.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mar 2019, 17:46 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2019, 17:46 WIB
Grab Bakal Bangun Shelter di Stasiun MRT
Grab Bakal Bangun Shelter di Stasiun MRT

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan bahwa pihaknya akan membangun shelter ojek online (ojol) di stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.

Menurut dia, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan PT MRT Jakarta terkait pembuatan shelter. Shelter itu nantinya disediakan untuk turun naik penumpang.

"Kerja sama langsung dengan MRT salah satunya adalah shelters. Kita akan membangun shelters juga nanti," kata dia saat ditemui di Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (28/3).

Meskipun demikian dia belum menjelaskan secara detil terkait stasiun MRT mana saja yang akan dilengkapi dengan shelter oleh Grab. Dia hanya menjelaskan shelter tersebut akan dibangun di stasiun yang lokasinya memungkinkan.

"Untuk beberapa stasiun akan dibutuhkan shelter fisik seperti itu tapi untuk beberapa tempat lain kan ada yang tidak memungkinkan. Karena kan beberapa daerah ramai sekali dan jalan protokol," ungkap Ridzki.

Selain pihak MRT, Grab pun telah membicarakan rencana pembangunan shelter dengan Badan Pengatur Transportasi Jakarta (BPTJ). BPJT, kata Ridzki memberikan tanggapan positif alias mendukung rencana tersebut.

"Kita sudah berbicara juga dengan kepala BPTJ, Pak Bambang Prihartono. Beliau memberikan arahan harus dong kemudahan buat para pelanggannya. Kita setuju sekali dan ini ada di dalam rencana kita," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Grab Usul Tarif Ojek Online Maksimal Rp 2.000 per Km

Grab Usul Tarif Ojek Online Maksimal Rp 2.000 per Km
Grab Usul Tarif Ojek Online Maksimal Rp 2.000 per Km

Grab menyampaikan bahwa rencana kenaikan tarif ojek online (ojol) harus mengingat nasib penumpang seperti karyawan dan ibu rumah tangga. Ini merespons rencana pengumuman tarif ojol pada Senin depan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 tahun 2019 (PM 12/2019).

Grab berharap peraturan tersebut dan turunannya dapat memberikan titik temu bagi semua pihak yang terlibat di dalam ekosistem transportasi daring, terutama para mitra pengemudi. Masyarakat luas sebagai konsumen juga diminta turut dipertimbangkan karena akan terdampak langsung dengan kenaikan tarif.

 

Pengemudi Ojek Online Minta Tarif Rp 3.000 per KM, Ini Respons KemenhubStartup Decacorn Pertama di Asia Tenggara Perkenalkan Grab Defence untuk Mitra BisnisDiumumkan Senin, Tarif Ojek Online Masih Tarik Ulur    

"Bila kenaikannya terlalu signifikan, dampaknya akan serta merta dirasakan mayoritas konsumen dari kalangan menengah dengan anggaran transportasi yang terbatas--seperti mahasiswa, pekerja kantoran, dan ibu rumah tangga," ujar Tri Sukma Anreianno, Head of Public Affairs Grab Indonesia. 

Lantas berapa tarif ideal menurut Grab? Studi independen terkini menunjukkan bahwa sekitar 71 persen konsumen hanya mampu mentoleransi kenaikan pengeluaran kurang dari Rp 5.000.

Dengan demikian, dengan jarak tempuh rata-rata konsumen sebesar 8,8 km per hari, Grab menyebut kenaikan tarif yang ideal adalah maksimal Rp 600 per kilometer atau maksimal naik menjadi Rp 2.000 per kilometer.

"Kami berharap Keputusan Menteri Perhubungan yang akan mengatur tentang tarif akan dirumuskan secara bijaksana sehingga dapat menjaga sumber penghidupan yang berkesinambungan bagi mitra pengemudi, sekaligus tetap mempertahankan kualitas layanan, kenyamanan berkendara, dan keselamatan konsumen."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya