Menko Luhut Kembali Sindir Larangan Cantrang Menteri Susi

Cantrang memilki banyak jenis dan tidak semua dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2019, 17:00 WIB
Polemik Cantrang Paksa Nelayan Pantura Jadi Pengangguran
Ilustrasi larangan penggunaan cantrang di nelayan. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyinggung kebijakan larangan penggunaan cantrang yang dikeluarkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Hal itu dia sampaikan dalam acara peluncuran program Satu Juta Nelayan Berdaulat, di Gedung Telkom Hub, Jakarta, Senin (8/4/2019).

Menko Luhut menegaskan seharusnya kebijakan larangan penggunaan cantrang harus disertai dengan solusi yang jelas bagi nelayan terutama yang selama ini menggunakan cantrang.

"Saya katakan USD 1,3 triliun per tahun potensi ekonomi maritim. Ini harus kita perbaiki semua, kita jangan hanya larang-larang larang tapi tak ada solusi. Solusinya apa?," kata dia.

Dia menjelaskan, cantrang memilki banyak jenis dan tidak semua dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang.

"Nah, saya baru tahu cantrang ini ada berapa macam, cantrang mana, cantrang yang ndak boleh sampai masuk ke bawah, merusak koral atau yang netnya terlalu ketat sehingga kebawa ikannya (yang masih kecil). Ya kita cari lah solusinya," dia menambahkan.

Dia menyatakan, pelarangan penggunaan cantrang seharusnya memiliki solusi. Sebab ada jenis cantrang yang dapat digunakan tanpa merusak ekosistem laut.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Menteri Susi : Saya Sering Di-Bully, Tapi Kita Jadi Standar Perikanan Dunia

Menteri Susi Pudjiastuti
Saat berkunjung ke Kota Tegal, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menegaskan larangan penggunaan alat tangkap cantrang. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengakui selama menjabat sebagai orang nomor satu di KKP, banyak tekanan yang pernah dirasakan. Tekanan ini khususnya ejekan (bully) dan hoaks dari berbagai pihak tentang kinerjanya.

Dia mencontohkan bully-an yang ia terima soal neraca perdagangan perikanan di Indonesia yang dianggap tak membanggakan pasca kebijakan Menteri Susi menenggelamkan kapal-kapal berbendera asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.

"Saya pikir dan mencoba bikin kita terhormat di mata asing, ini di-bully, neraca perdagangan lagi, neraca kitaa nomor 1 di Asia Tenggara. Itu kekuatan nasional. Jadi kalau dibilang antek asing, diperikanan itu, No! Tugas KKP menjaga sumber daya alam, laut, perikanan dan ada banyak," kata Susi di Kantor Kepala Staf Presiden, Selasa (12/2/2019).

Serangan lain yang diceritakan Susi seperti pasca dirinya mengeluarkan kebijakan larangan penggunaan cantrang. Banyak pihak yang justru memjadikan hal ini sebagai bahan politik.

"Soal cantrang, kanan kiri bikin hoaks, katanya nelayan tidam bisa melaut, saya bilang bohong, politikus main tekan kita," tegas Susi.

"Paling sering kena bully, kalau mau perbaiki sesuatu ya saya, kalau tidak bgmana negeri ini. Itu yang kita lakukan, apa yang terjadi, di perikanan, kita sekarang jadi standr dunia. Dunia mengaku belajar dari kita," pungkas Susi.

Menteri Susi Marah Pengusaha Tak Jujur Lapor Hasil Penangkapan Ikan

Sebeumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti geram kepada para pengusaha perikanan tangkap yang tak jujur melaporkan data perolehan penangkapan ikan.

Susi menuturkan, hal ini menghambat Indonesia menuju negara dengan tata pengelolaan ikan yang baik.

"Stok ikan per tahun 2016 sudah 12, 5 juta ton. Ekspor Indonesia juga naik karena tangkapan juga naik. Kedaulatan juga disupport penuh dengan turunnya Perpres 44 tahun 2016 di mana Presiden berdaulat menjaga laut Indonesia untuk modal dalam negeri, pengusaha dalam negeri, kapal dalam negeri, dan ABK dalam negeri. Kurang apa pemerintah?," ujar dia di Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (31/1/2019). 

Dia menjelaskan, di lapangan, banyak pengusaha perikanan tangkap yang menutupi perolehan hasil tangkapan mereka masing-masing. Oleh sebab itu, pemerataan kesejahteraan nelayan masih sulit untuk dipenuhi.

"Nilai tukar usaha, nelayan, budidaya kita itu sekarang naik namun pemerataanya masih jauh dari harapan. Untuk itu, pemerintah memastikan policy untuk lakukan affirmative policy dimana pemerintah perlu bekerja sama dengan seluruh stakeholder. Tanpa itu, ekonomi kita hanya dinikmati segelintir orang. Maka gagal-lah pembangunan karena yang sejahtera hanya yang kaya saja," kata dia.

Oleh karena itu, Susi Pudjiastuti mengimbau agar para pengusaha jujur melaporkan data perolehan penangkapan ikan. 

"Setiap kali lihat angka saya itu ditanya apa itu kerja hasil ekspor kamu Menteri KKP? Padahal ini karena kalian semua yang lakukan under report. Anda mau kapal asing kembali lagi? Perpres 44 itu banyak yang mau ganti, banyak yang mau bayar supaya asing bisa masuk lagi," kata dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya