Data Ekonomi Positif Bikin Rupiah Terus Menguat terhadap Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat pada Selasa pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Apr 2019, 11:29 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2019, 11:29 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat pada Selasa pekan ini. Hal ini didukung sentimen internal dan eksternal.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (9/4/2019), rupiah menguat 0,12 persen ke posisi 14.149 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan, rupiah menguat 12 poin ke posisi 14.155 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin 14.167 per dolar AS. Pada perdagangan Selasa pagi ini, rupiah bergerak di kisaran 14.146-14.155 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah tipis lima poin ke posisi 14.150 per dolar AS pada 9 April 2019 dari periode 8 April 2019 di posisi 14.145 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, rupiah menguat terhadap dolar AS didorong dolar AS melemah. Hal ini karena data ekonomi AS yang melambat ditunjukkan dari data factory order atau permintaan baru atas barang-barang pabrik buatan AS yang dirilis negatif pada Februari.

Tercatat data factory orders turun ke level -0,5 persen pada Februari 2019. Josua menilai, hal itu mengindikasikan perlambatan ekonomi AS.

"Selain itu, mata uang euro menguat ini didorong dari apresiasi data ekonomi Jerman, ada ekspektasi menguat sehingga buat euro menguat dan dolar AS tertekan," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

Josua menuturkan, ada harapan terhadap negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China juga menopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Data Internal Topang Rupiah

Nilai tukar Rupiah
Nasabah mengantre menukarkan mata uang USD di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Sebelumnya pada Selasa (4/9), Rupiah sempat mencapai level Rp 14.935 per dollar Amerika atau terlemah sejak 1998. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Ia menambahkan, data ekonomi internal juga menopang penguatan rupiah terhadap dolar AS.  Salah satunya dari cadangan devisa naik menjadi USD 124,5 miliar pada akhir Maret 2019. Selain itu, penjualan eceran Februari tumbuh 9,1 persen juga menopang pergerakan rupiah.

"Data ekonomi positif juga mendorong penguatan rupiah. Sentimen regional juga juga dukung penguatan sebagian besar mata uang Asia termasuk rupiah sehingga rupiah alami penguatan rupiah terbesar kedua di Asia," kata dia.

Josua perkirakan, rupiah bergerak di kisaran 14.100-14.200 per dolar AS pada perdagangan Selasa pekan ini.

 

Perdagangan Kemarin

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller menunjukkan uang dolar dan rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap doalr Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan hari ini. Penguatan ini karena data ekonomi AS yang melemah. 

Mengutip Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Senin 8 April 2019, rupiah dipatok di angka 14.145 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan Jumat lalu yang ada di angka 14.158 per dolar AS.

Berbeda, berdasarkan Bloomberg, rupiah dibuka di angka 14.150 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.133 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini rupiah bergerak di kisaran 14.147 per dolar AS hingga 14.155 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,65 persen.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah berpeluang menguat pasca rilis tingkat pengangguran di AS yang tercatat stagnan.

"Data ketenagakerjaan menjadi indikator penting The Fed dalam kebijakan suku bunganya. Kemungkinan The Fed masih belum akan mengubah kebijakan suku bunganya saat ini yang masih bertahan pada 2,25 -2,5 persen," ujar Lana dikutip dari Antara.

Tingkat pengangguran di AS untuk Maret 2019 tercatat 3,8 persen, tetap sebagaimana Februari 2019. Padahal sebelumnya pada minggu yang berakhir pada 30 Maret 2019, jumlah tingkat klaim pengangguran (jobless claims) tercatat terendah sejak minggu yang berakhir pada 6 Desember 1969.

Selama Maret 2019 tersebut, data tenaga kerja non-pertanian (non-farm payroll) AS bertambah sebanyak 196.000, naik tajam dari bulan sebelumnya yang hanya bertambah 33.000. Data ketenagakerjaan AS kembali menguat setelah pada Februari lalu sempat melambat.

Lana memperkirakan pada hari ini rupiah akan bergerak menguat di kisaran 14.100 per dolar AS hingga 14.130 per dolar AS.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya