Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. Namun, rupiah berpotensi untuk menguat di awal bulan ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (2/4/2019), rupiah dibuka di angka 14.220 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.229 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah kembali melemah ke 14.240 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.220 per dolar AS hingga 14.244 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,04 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di angka 14.237 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.231 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom memperkirakan rupiah berpeluang menguat seiring dengan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa, mengatakan, kesepakatan dagang AS-China yang semakin menunjukkan perkembangan positif, membawa optimisme global.
"Optimisme pasar menguat seiring dengan kesepakatan dagang antara AS-China yang mendekati final," ujar Lana, seperti dikutip dari Antara.
Sebelumnya, indeks manufaktur China juga sudah kembali ke level di atas 50, yaitu level ekspansi pada Maret 2019 setelah dalam tiga bulan sebelumnya berturut-turut di bawah level 50 yang merupakan level kontraksi.
Di AS, Indeks PMI Manufaktur naik menjadi 55,4 pada Maret 2019 setelah sebelumnya tercatat paling rendah 54,2 pada Februari 2019.
"Perbaikan kinerja sektor manufaktur di China dan AS ini juga membuat optimisme di pasar obligasi," kata Lana.
Lana memperkirakan pada hari ini rupiah akan bergerak menguat di kisaran 14.200 per dolar AS hingga 14.220 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Perkirakan Nilai Tukar Rupiah Lebih 'Jinak' di 2019
Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2019 tak setinggi 2018. Ini lebih karena sentimen utama, yaitu The Fed, mulai melunak.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, pasalnya, pada Rabu (20/3) malam waktu setempat, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25 - 2,5 persen atau median 2,375 persen.
Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspetasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.
BACA JUGA
"Seperti hasil FOMC di tanggal 21 Maret, memberi sinyal semakin jelas bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya untuk tahun 2019 ini. Artinya, satu faktor global itu sudah jelas akan memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah," ujar Nanang di Yogyakarta, Minggu (24/3/2019).
Meski demikian, Nanang menegaskan, Bank Indonesia tidak akan mengendorkan antisipasinya terhadap berbagai potensi gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Bank Indonesia, saat ini masih mewaspadai dinamika ekonomi global yang bisa memberikan efek rambatan terhadap negara berkembang seperti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju, yakni Amerika Serikat, China, Jerman, dan Prancis.
"Memang ada faktor lain yang muncul yaitu situasi ekonomi global yang belakangan semakin melemah atau merosot. Tapi berdasarkan beberapa referensi itu akan bangkit di akhir tahun 2019," ujarnya.
Advertisement