Neraca Perdagangan AS Membaik, Rupiah Kembali Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali lanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mar 2019, 13:49 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2019, 13:49 WIB
Rupiah Tembus 14.600 per Dolar AS
Petugas melayani nasabah di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali lanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis pekan ini.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Kamis (28/3/2019), rupiah melemah 53 poin atau 0,37 persen ke posisi 14.255 per dolar AS dari perdagangan kemarin di posisi 14.202 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah tipis sembilan poin ke posisi 14.216 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 14.207 per dolar AS.

Pada Kamis siang ini, rupiah melemah ke posisi 14.240 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 14.216-14.250 per dolar AS.

Ekonom Lana Soelistianingsih menuturkan, pelemahan rupiah pada Kamis pagi didorong membaiknya neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) pada Januari 2019.

"Kemungkinan kinerja perdagangan AS membaik seiring dengan kesepakatan perdagangan AS-China yang menunjukkan kemajuan yang signifikan dan tampaknya memuaskan AS," tutur Lana, seperti dikutip dari laman Antara.

Neraca perdagangan AS pada Januari 2019 mengecil menjadi USD 51,1 miliar dari USD 59,9 miliar pada Desember 2018. Angka ini jauh di bawah konsensus harapan analis sebesar USD 57 miliar.

Ekspor meningkat menjadi USD 207,3 miliar terutama didorong naiknya ekspor bahan makanan terutama kedelai, lainnya terbantu ekspor kendaraan terutama kendaraan penumpang. Kedua jenis ekspor ini dipicu sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan antara AS-China.

Di sisi lain, impor tercatat turun 2,6 persen (bulan ke bulan/mom) menjadi USD 258,5 miliar, terendah dalam tujuh bulan terakhir.

Turunnya impor terutama karena turunnya impor barang modal terkait aksesoris komputer, semi konduktor yang juga terkait barang impor dari China. Impor dari China tercatat turun 9,6 persen (mom).

 

Perdagangan Kemarin

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah. Hal itu didorong dari indeks dolar AS yang cenderung menguat.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 31 poin terhadap dolar AS atau sekitar 0,21 persen ke posisi 14.202 pada perdagangan Rabu 27 Maret 2019. Pada perdagangan Selasa kemarin, rupiah bergerak di posisi 14.171 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,16 persen terhadap dolar AS menjadi 14.195 dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 14.172 per dolar AS.

Pada Rabu siang ini, rupiah bergerak di kisaran 14.212 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 14.193-14.213 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah diperdagangkan melemah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh tren penguatan indeks dolar.

Dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama pada sesi perdagangan di AS tadi malam. Hal ini mengingat kekhawatiran terkait yield curve dolar AS yang menurun sehingga mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan yield treasury AS.

"Selain itu, penguatan indeks dolar AS dipengaruhi oleh pelemahan mata uang utama seperti Euro dan New Zealand dolar,” ujar Josua dalam catatannya.

Ia menuturkan, euro tertekan oleh rilis data ekonomi Jerman yakni consumer confidence dan fokus perlambatan ekonomi eurozone turut mendorong tren penurunan imbal hasil surat utang pemerintah Jerman bahkan mengarah ke teritori negatif sehingga terus mendorong pelemahan euro.

"Sementara New Zealand dolar juga tertekan pasca rapat dewan gubernur bank sentral New Zealand yang memberi sinyal dovish. Pelemahan mata uang Asia juga dipengaruhi sentimen wait and see investor mengingat pemerintah Amerika Serikat dan Tiongkok akan kembali melanjutkan negosiasi dagang sehingga permintaan safe haven dolar AS terus meningkat,” kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya