Penyaluran KUR Ikut Dorong Kinerja Asuransi Kredit di Kuartal I

Premi bruto asuransi kredit tercatat Rp 3,19 triliun pada kuartal I/2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mei 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2019, 11:00 WIB
Tingkatkan Volume KUR, OJK Bentuk Sistem Klaster untuk UKM
Suasana saat perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Asuransi umum, khususnya lini usaha asuransi kredit menunjukkan kinerja positif pada kuartal I tahun 2019. Premi bruto asuransi kredit tercatat Rp 3,19 triliun pada kuartal I/2019, tumbuh 118,2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,46 triliun.

Sementara untuk klaim bruto, tercatat hingga kuartal I/2019, klaim bruto asuransi kredit mencapai Rp 1,57 trilliun. Ini tumbuh 83,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 857,82 miliar.

Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa TI & Aktuaria AAUI, Trinita Situmeang mengatakan salah satu pendorong kinerja positif asuransi kredit adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Pertumbuhan ini bisa saja ditunjang oleh komitmen pemerintah untuk penyaluran kredit usaha rakyat (KUR)," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Penyaluran KUR di kuartal I/2019 mencapai Rp 37,75 triliun. Angka ini sudah 27 persen dari target penyaluran KUR hingga akhir tahun yakni Rp 140 triliun. Selain itu juga tumbuh 16,9 persen dari penyaluran kuartal I/2018 yang sebesar Rp 32,30 miliar.

Kinerja positif asuransi kredit, lanjut dia juga disokong oleh penyaluran kredit perbankan pada kuartal I 2019 yang mengalami pertumbuhan sebesar 11,6 persen.

"Peningkatan penyaluran kredit cenderung menyebabkan peningkatan premi asuransi kredit," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Strategi AAUI Cegah Kecurangan Klaim Asuransi

Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Dody Dalimunthe mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan AAUI checking atau daftar hitam asuransi. Ini berguna untuk memeriksa orang-orang yang berpotensi melakukan kecurangan dalam dalam bisnis asuransi ini. Dengan demikian fraud di industri asuransi dapat ditekan.

"Kalau di BI kan dulu ada sistem informasi debitur (SID) kita juga ada catatan, jika ada data tercantum namanya (orang bermasalah) maka akan ada peringatan kalau dia punya catatan negatif. Hal ini untuk meminimalisir risiko tersebut," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Kamis (24/5).

Pihaknya mencatat saat ini penetrasi asuransi di Indonesia tahun ini tumbuh lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini terjadi peningkatan 3,04 persen tumbuh tipis dibandingkan tahun lalu yang hanya 2,9 persen

Lambatnya penetrasi asuransi tersebut, lanjut Dody, juga diiringi dengan banyaknya kasus fraud atau kecurangan dalam industri asuransi nasional.

Dia menjelaskan fraud terjadi karena pemegang polis yang memiliki itikad buruk dalam memanfaatkan jasa perusahaan asuransi. Fraud jamak terjadi di asuransi perjalanan dan asuransi kendaraan.

"Misalnya dia belanja di luar negeri, pura pura kehilangan dan dia klaim ke asuransi. Dia bisa buat laporan palsu juga untuk klaim palsu. Bilang tasnya merek asli, padahal tidak. Mau dicek barangnya hilang," ungkap Dody.

Sementara kecurangan di asuransi kendaraan, jelas dia, biasanya si pemilik kendaraan yang curang menggunakan modus menciptakan kecelakaan secara sengaja.

"Jadi mereka punya mobil khusus untuk menabrak mobil yang diasuransikan. Mereka ajukan klaim, untuk harga spare part yang mahal, tapi sebelumnya mereka ganti dulu dengan yang bekas. Ketika asuransi memeriksa maka klaim bisa keluar dan seluruh biaya diganti," tandas dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Premi Bruto Asuransi Umum Capai Rp 19,8 Triliun di Kuartal I

20160217-Ilustrasi Asuransi-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pendapatan premi bruto asuransi umum hingga kuartal pertama 2019 mencapai Rp 19,8 triliun. Capaian ini tumbuh 19 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Wakil Ketua merangkap Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa dan Aktuaria AAUI, Trinita Situmeang mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa industri asuransi umum masih dapat terus mencatatkan kondisi yang positif.

"Pendapatan premi asuransi umum hingga kuartal pertama 2019 sebesar Rp19,8 triliun tumbuh sebesar 19,0 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp16,6 triliun," kata dia, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Menurut dia, pangsa terbesar premi asuransi umum selalu didominasi lini bisnis kendaraan bermotor dan harta benda dengan porsi sebesar 47,6 persen. Angka tersebut turun tipis 3,5 persen. Penurunan dipengaruhi oleh turunnya pangsa asuransi kendaraan bermotor.

Sedangkan porsi ketiga penyumbang premi asuransi terbesar diduduki oleh lini bisnis Asuransi Kredit. Lini bisnis ini menduduki proporsi sebesar 16,2 persen.

Sedangkan untuk total klaim asuransi umum hingga kuartal I-2019 tercatat telah mencapai sebesar Rp 8,4 triliun. Angka ini naik 37,9 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama yakni tercatat sebesar Rp 6,1 triliun. Peningkatan klaim terjadi pada sebagian besar lini usaha asuransi.

"Peningkatan klaim terjadi hampir pada sebagian lini usaha asuransi, namun demikian tercatat beberapa usaha mencatatkan penurunan klaim, yaitu asuransi aviasi, asuransi energi, dan asuransi tanggung gugat," tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya