Rapor Kinerja Bank Besar Sepanjang 2024, Siapa Juara?

Berikut kinerja bank besar sepanjang 2024 mulai dari perolehan laba, kredit hingga DPK.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 16 Feb 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2025, 17:00 WIB
Rapor Kinerja Bank Besar Sepanjang 2024, Siapa Juara?
Bank-bank besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. (Foto: Freepik/ pch.vector)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bank-bank besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024.

Bank-bank besar tersebut antara lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Dari sisi laba, BCA memimpin. Hingga Desember 2024, laba bersih BCA dan entitas anak pada periode tersebut naik 12,7 persen mencapai Rp 54,8 triliun. Disusul BNI dengan raihan laba Rp 21,5 triliun, naik 2,7 persen yoy.

Selanjutnya, Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 55,8 triliun pada akhir tahun 2024 naik 1,31 persen yoy. Terakhir, BRI dengan raihan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 60,64 triliun, naik tipis atau 0,36 persen yoy.

Kredit

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan oleh Bank Mandiri sebesar 19,5 persen menjadi Rp 1.670,55 triliun per Desember 2024. Kemudian penyaluran kredit BCA naik 13,8 persen yoy menjadi Rp 922 triliun pada 2024.

Selanjutnya, kredit BNI tumbuh 11,6 persen yoy menjadi Rp 775,87 triliun dari Rp 695,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan paling rendah dicatatkan BRI dengan penyaluran kredit sebesar Rp 1.354,64 triliun atau naik 6,97 persen yoy.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

DPK Bank

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith... Selengkapnya

Dari sisi pendanaan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tertinggi dicatatkan oleh Bank Mandiri. Hingga akhir 2024, DPK Bank Mandiri tercatat tumbuh sebesar 7,73 persen yoy menjadi Rp 1.699 triliun, didorong oleh kenaikan signifikan pada segmen giro dan tabungan.

Porsi CASA mencapai 80,3 persen dari total DPK, mencerminkan efektivitas strategi perseroan dalam mengoptimalkan pendanaan berbasis dana murah.

Pertumbuhan CASA tersebut terutama didorong oleh peningkatan tabungan yang tumbuh 13,4 persen yoy menjadi Rp 665 triliun, serta giro yang mengalami ekspansi sebesar 3,6 persen yoy menjadi Rp 606 triliun. Pada penghimpunan dana, BCA berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga sebesar Rp 1.134 triliun, tumbuh mini 2,9 persen yoy.

Dengan jumlah dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar Rp 924 triliun atau tumbuh 4,4 persen. Total DPK BNI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp 805,5 triliun, turun 0,65 yoy.

Sementara BRI menghimpun simpanan sebesar Rp 1.365,45 triliun. Sayangnya, raihan itu susut 16,49 persen yoy. Dana murah (CASA) mendominasi penghimpunan simpanan BRI dengan proporsi mencapai 67,30 persen atau setara dengan Rp 918,98 triliun.

 

Kinerja IHSG pada 10-14 Februari 2025

Tertekan, IHSG Akhir Pekan Berada di Zona Merah
Mengutip data RTI, 191 saham melaju di zona hijau dan 417 lainnya berada di zona merah. Sementara ada 188 saham mengalami stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 10-14 Februari 2025. Koreksi IHSG terjadi dipengaruhi rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan nilai tukar rupiah yang bergejolak.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (15/2/2025), IHSG tersungkur 1,54 persen ke posisi 6.638,45. Pada pekan lalu, IHSG susut 5,1 persen ke posisi 6.752,57.

Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,67 persen menjadi Rp 11.401 triliun dari pekan lalu Rp 11.595 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga anjlok 11,58 persen menjadi 1,16 juta kali transaksi dari 1,31 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa terpangkas 25,55 persen menjadi 15,45 miliar saham dari 20,75 miliar saham pada pekan lalu.  Investor asing jual saham Rp 3 triliun pada pekan ini. Aksi jual saham oleh investor asing ini turun tipis dibandingkan pekan lalu Rp 3,8 triliun.

Secara sectoral, mayoritas sektor saham menguat. Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 3,57 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,53 persen, sektor saham keuangan melemah 0,59 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 3,45 persen dan sektor saham transportasi dan logistic merosot 2,22 persen.

Di sisi lain, sektor saham basic materials mendaki 1,15 persen, sektor saham industri bertambah 0,45 persen, sektor saham consumer siklikal menguat 1,47 persen, sektor saham perawatan kesehatan naik 1,43 persen. Kemudian sektor saham properti dan real estate naik 0,86 persen, dan sektor saham teknologi bertambah 2,69 persen.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya