BPS: Impor RI Capai USD 14,53 Miliar di Mei 2019

Secara kumulatif impor Indonesia dari Januari hingga Mei tercatat sebesar USD 70,60 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jun 2019, 13:15 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2019, 13:15 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Mei 2019 sebesar USD 14,53 miliar atau turun 5,62 persen jika dibandingkan dengan April 2019. Dengan demikian, secara kumulatif impor Indonesia dari Januari hingga Mei tercatat sebesar USD 70,60 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari jumlah tersebut impor nonmigas tercatat sebesar USD 12,44 miliar atau turun 5,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian pula jika dibandingkan Mei 2018 turun sebesar 15,94 persen.

Sementara impor migas pada Mei 2019 mencapai USD 2,09 miliar atau turun 6,41 persen dibanding April 2019. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, impor migas juga turut alami penurunan sebesar 26,89 persen.

"Penurunan impor non migas terbesar Mei 2019 dibanding April 2019 adalah golongan meson dan peralatan listrik sebesar USD 158,5 juta, sedangkan peningkatan besar adalah golongan sayuran," ujar Suhariyanto saat memberi keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (24/6).

Adapun tiga negara besar pemasok barang impor sepanjang Januari hingga Mei 2019 masih ditempati oleh Tiongkok sebesar USD 158,5 juta. Kemudian disusul Jepang dan Thailand dengan nilai masing masing sebesar USD 6,46 miliar dan USD 3,95 miliar.

"Negara pengimpor terbesar masih dikuasi oleh Tiongkok (China), Jepang dan Thailand," pungkasnya

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kemendag akan Kembali Keluarkan Izin Impor Bawang Putih

Ilustrasi Bawang Putih
Bawang putih. (iStockphoto)

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan kembali mengeluarkan izin impor bawang putih. Rencananya ada lima perusahaan yang bakal mendapatkan izin.

Ini diungkapkan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan.

Namun dia tidak menyebutkan jumlah impor bawang putih yang disetujui Kemendag."Akan keluar lagi izinnya untuk lima perusahaan. Nanti ya (jumlahnya)," jelas dia, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/6).

Hingga saat ini Kemendag telah mengeluarkan izin impor bawang putih sebanyak 250 ribu ton. Ini jumlah yang telah dikeluarkan sejak bulan Mei.

Izin tersebut dikeluarkan secara bertahap, mulai 115 ribu ton hingga 250 ribu ton. "Kemarin itu sudah keluar kan 250 ribu ton kalau nggak salah," ujarnya.

Selain itu, lanjut Oke, akan ada juga 12 perusahaan yang mengajukan izin impor ke Kemendag. Perusahaan-perusahaan tersebut telah mendapatkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian.

"Setahu saya akan ada masuk lagi dari Kementan 12 importir untuk mengajukan izin impor," jelasnya.

Sementara terkait harga bawang putih di pasaran, Oke mengatakan telah turun di kisaran Rp 27.000 hingga Rp 28.000 per kilogram. "Sekarang harga (Bawang Putih) sudah di Bawah Rp 30.000, Rp 27.000 sampai Rp 28.0000," tandasnya.

Kurangi Impor, Pemerintah Minta Produksi dan Pemakaian Aspal Buton Meningkat

Tol Tangerang-Merak Ujicoba Aspal dari Limbah Plastik
Tol Tangerang-Merak Ujicoba Aspal dari Limbah Plastik

Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan memanggil Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi ke kantornya dia Jakarta. Adapun pemanggilan ini tindak lanjut terkait rencana pemerintah untuk meningkatkan penggunaan aspal dalam negeri.

Ditemui usai rapat, Ali Mazi mengatakan dalam pertemuan tersebut Menko Luhut meminta agar produksi aspal dalam negeri milik PT Buton Asphalt Indonesia (BAI) atau aspal Buton lebih ditingkatkan lagi.

Dengan demikian, dalam negeri tidak perlu lagi mengimpor aspal dari luar negeri. "Tadi diminta Pak Menko (Luhut) menggunakan aspal buton. Kita tidak perlu impor lagi," jelas dia di Kementerian Kemaritiman, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Ali Mazi mengatakan penggunaan aspal asal impor di dalam negeri sendiri telah mencapai 75 persen. Sementara, produksi aspal Buton baru mencapai 25 persen atau sebanyak 1,3 juta dari kebutuhan yang terpakai di dalam negeri.

"Dari 1,3 juta ton digunakan aspal Buton baru 25 persen. Kalau perlu dibalik, 75 kebutuhan aspal Buton," katanya.

 

Pengusaha Sapi Terpuruk Akibat Daging Kerbau Impor Asal India

Pedagang Daging Musiman Menjamur
Pedagang memotong daging sapi dan kerbau yang dijual di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Dua hari menjelang Lebaran, pedagang daging musiman menjamur dengan menggelar dagangan di pinggir-pingir jalan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengusaha Daging dan Industri Makanan, Yustinus Sadmoko mengatakan saat ini penjual daging, khususnya daging sapi mendapatkan tantangan dengan kehadiran daging kerbau impor. Daging kerbau asal India tersebut, kata dia, telah mengambil alih pangsa pasar daging sapi.

"Ada kompetisi baru dari daging kerbau India. Dari 2017 diperkenalkan secara gencar dan volumenya besar cukup ambil alih pangsa pasar kita," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).

Dia mengatakan banyak daging kerbau impor yang masuk ke pasar tradisional. "Daging kerbau banyak yang bocor ke pasar tradisional, kan kerbau masuk ke distributor level satu. Begitu masuk ritel ke pasar kita tidak bisa pantau," ujarnya.

"Daging kerbau India mirip daging sapi. Kalau beli di pasar tradisional ada 50 persen kemungkinan kalau Jabodetabek itu daging kerbau. Kalau ambil yang sudah ditata ada kemungkinan daging kerbau," ungkapnya.

Dia mengakui, jika menilik kandungan gizi, maka tidak ada perbedaan antara daging sapi dan kerbau. Namun, dari segi bisnis masuknya daging kerbau asal India mengurangi pangsa pasar panjual daging sapi dalam negeri.

"Itu tidak buruk gizi kesehatan,sama baiknya. Buruk buat pengusaha saja," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya