Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah mempersilakan perusahaan asing untuk menjual avtur di Indonesia.
Tujuannya untuk menciptakan persaingan sehingga harga avtur di Indonesia semakin kompetitif. Namun, sepertinya untuk mewujudkan keinginan pemerintah tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Mengapa demikian? Karena semua itu membutuhkan infrastruktur yang cukup mahal.
"Tapi ya memang penyediaan avtur itu harus ada tempat dan sarana penyaluran. Misalnya truk tanki dan pipa-pipanya. Masalahnya semua itu sekarang dikuasai Pertamina," kata Pengamat Penerbangan, Gatot Raharjo saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (29/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kalaupun perusahaan baru tersebut berkomitmen membuat infrastruktur mulai dari awal, tetap dalam penyalurannya harus berbagi sistem dengan Pertamina.
"Jadi ya memang agak susah. Kalau menekan Pertamina, nanti dikira tidak nasionalis," tambah dia.
Sebenarnya satu-satunya peluang perusahaan asing untuk menjual avtur di Indonesia adalah di bandara-bandara baru yang selama ini dibangun pemerintah. Hanya saja bandara tersebut mayoritas berlokasi di daerah Timur Indonesia atau di daerah terpencil. "Apa mau mereka masuk ke situ?," tegas dia.
"Mungkin yang bisa dilakukan itu membangun kilang-kilang khusus avtur di Indonesia tengah dan timur. Jadi mendekati bandara dan biaya distribusinya bisa ditekan," pungkas Gatot.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ikuti Formula Pemerintah, Pertamina Klaim Jual Avtur Paling Murah
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengklaim, sudah mengikuti formula harga avtur yang ditetapkan pemerintah. Sebab itu, harga avtur yang dijualnya di Bandara Soekarno Hatta paling murah‎.
Nicke mengatakan, Pertamina telah memperbarui harga avtur setiap dua minggu, dengan mengacu formula pembentukan harga yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan patokan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
"‎setiap dua minggu kami udpate,harga avtur juga kami tetapkan dengan formula disesuaikan dengan ICP," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Nicke menuturkan, dalam tiga bulan terakhir ICP menurun, harga avtur pun merefleksikan kondisi tersebut. Bahkan dia mengklaim harga avtur termurah di Bandara Soekarno Hatta.
"Kalau lihat trennya 3 bulan terakhir di 2018, itu ICP turun ya,‎" ujar dia.
Nicke membantah kabar jika ada kabar harga avtur Pertamina masih tergolong mahal, dia menyatakan harga avtur yang dijualnya termasuk yang paling murah."Itu enggak benar. avtur kita di Cengkareng itu yang termurah," tegasnya.
Nicke melanjutkan, Pertamina sudah berkontrak dengan maskapai Garuda Indonesia untuk memasok avturnya agar bisa menjual dengan harga murah. Pertamina melakukan kesepakatan langsung dengan produsen.
"‎Semua avtur untuk Garuda kami juga yang sediakan, artinya kami langsung deal dengan penghasil avtur di sana, kami bisa langsung bandingkan. Jadi harga avtur kita kompetitif," tandasnya.
Â
Advertisement
Menko Darmin: Indonesia Setop Impor Avtur dan Solar Mulai Bulan Depan
Sebelumnya, Pemerintah memastikan akan mulai menekan impor minyak dan gas (migas) dengan menggunakan migas olahan dalam negeri guna memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan.
"Mulai bulan depan, migas terutama avtur dan solar, kita tidak akan impor. Kita mau pakai produk kita di dalam dan diolah di sini," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dikutip dari Antara, Jumat, 10 Mei 2019.
Darmin mengakui, salah satu penyebab tingginya defisit neraca transaksi berjalan pada Kuartal I 2019 sebesar 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah impor migas. Oleh karena itu, lanjut dia, penggunaan migas produksi dalam negeri ini akan mampu mengurangi baik ekspor maupun impor migas dalam waktu dekat.
"Pertamina sepertinya sudah bisa mengolah crude oil menjadi avtur dan solar sesuai kebutuhan dalam negeri dari segi jumlah maupun kualitas," kata dia.
Ia menambahkan, upaya ini dilakukan sejalan dengan kebijakan lain untuk meningkatkan ekspor nonmigas yang selama ini belum sepenuhnya membantu penguatan neraca perdagangan.
"Ini akan menolong transaksi berjalan, di samping upaya-upaya mendorong ekspor. Jadi oke memburuk sedikit triwulan I, tapi triwulan berikutnya tidak," ujar Darmin.
Â