Harga Emas Tergelincir karena Data Ekonomi AS Membaik

Harga emas sempat menyentuh level USD 1.438,63 per ounce untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada bulan lalu

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Jul 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melemah tipis pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) karena meningkatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) tidak akan agresif memangkas suku bunga di akhir bulan ini. Pandangan tersebut membuat nilai tukar dolar AS menguat membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi investor yang bertransaksi menggunakan mata uang lainnya.

Mengutip CNBC, Selasa (9/7/2019), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD 1.396,59 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,1 persen menjadi USD 1.398,50 per ounce.

Dengan adanya laporan tenaga kerja yang kuat maka taruhan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin telah turun dari semula 30 persen menjadi hanya 2 persen," jelas analis INTL FCStone, Edward Meir.

"Fakta bahwa proyeksi penurunan suku bunga kemungkinan besar tidak akan terjadi menjadi faktor yang membuat harga emas turun atau merugi," tambah dia.

Laporan data tenaga kerja yang lebih baik pada Jumat lalu mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga acuan yang besar pada pertemuan yang akan digelar pada 30-31 Juli dan mengangkat nilai tukar dolar AS ke level tertinggi dalam 3 pekan.

Namun sebagian besar analis dan ekonom masih memperkirakan bahwa the Fed akan memangkas suku bunga dengan besaran yang lebih kecil yaitu hanya seperempat persen atau 25 basis poin. Hal tersebut mengingat data tenaga kerja saja yang cukup baik tetapi data ekonomi yang lain masih mengalami tekanan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pidato Jerome Powell

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Saat ini, pelaku pasar tengah menunggu pidato dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell di Kongres AS tentang proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Pidato tersebut akan dilakukan pada tengah pekan ini.

Pidato tersebut akan menjadi petunjuk bagi pelaku pasar untuk memperkirakan prospek jangka pendek dan juga rencana kebijakan moneter Bank Sentral AS.

Harga emas sempat menyentuh level USD 1.438,63 per ounce untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada bulan lalu. Hal tersebut didorong oleh ekspektasi penurunan tingkat bunga the Fed

"Ketegangan yang berjelanjutan di Iran dan berita utama mengenai tindakan yang dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia menjadi dukungan bagi harga emas untuk melonjak," jelas analis High Ridge Futures, David Meger.

Bank Sentral China meningkatkan cadangan emas mereka selama tujuh bulan berturut-turut pada Juni. China adalah konsumen logam mulia terbesar di dunia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya