Inalum Lirik China jadi Mitra Pengolahan Logam Tanah Jarang

Saat ini Inalum sedang melakukan penelitian mengenai pengembangan pengelolaan logam tanah jarang di Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Jul 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 20:30 WIB
Dirut Inalum Budi Gunadi
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan menggalakan pengelolaan mineral logam tanah jarang, dengan menggandeng China sebagai pihak yang telah berpengalaman melakukannya.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini Inalum sedang melakukan penelitian mengenai pengembangan pengelolaan logam tanah jarang di Indonesia, termasuk mencari mitra untuk membangun pabrik dan mitranya.

"Itu kan arahan pak presiden. Sekarang lagi riset-riset. 18 bulan itu kita udah mutusin pabriknya, kerja sama dengan siapa," kata Budi, di Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Budi mengaku, sedang melirik China untuk dijadikan acuan dan mitra dalam mengelola logam tanah jarang. Sebab negara Tirai Bambu tersebut telah berpengalaman dan mudah diajak bekerjasama melakukan pengolahan logam tanah jarang.

"Yang maju itu Cina sama Jepang, hanya kalau Jepang agak susah sharing," tuturnya.

Budi melanjutkan, China juga sebagai penghasil terbesar produk olahan logam tanah jarang di dunia, menjadikan pasokan produk olahan logam tanah jarang sebagai senjata perang dagan dengan Amerika Serikat (AS).

Untuk diketahui, produk hasil pengolahan logam tanah jarang dimanfaatkan sebagai bahan baku perangkat elektronik seperti komponen komputer dan alat telekomunikasi, komponen instalasi nuklir dan perangkat ruang angkasa.

"Kayak Amerika sama Jepang sekaran tersandera kalau mereka (Cina) berhenti berproduksi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Inalum Jajaki Kerja Sama dengan Industri Logam di China

Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Dok BUMN
Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Dok BUMN

Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Kunjungan ini demi mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang di Indonesia.

Turut mendampingi Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin, Sekretaris Menteri BUMN Imam A Putranto dan Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro.

”Percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan. Ini untuk kepentingan rakyat dan bangsa, semakin tinggi nilai tambah produk tambang kita, semakin besar manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak-pihak terkait," jelas Menteri Rini dalam keterangannya, Jumat (17/5/2019).

Menanggapi ini, Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin mengatakan, pertemuan dengan sejumlah CEO Industri logam di China untuk mendengarkan penjelasan tentang industri logam dan teknologinya.

"Serta menjajaki berbagai peluang kerja sama yang sesuai dengan rencana strategis kami dan dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang untuk kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

Di Beijing, rombongan bertemu dengan sejumlah CEO, antara lain CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari peluang kerja sama dalam industri EPC dan/atau tambang kobalt/nikel; dan CEO Beijing Easpring Material Technology, mempelajari industri Electric Vehicle terutama dalam pembuatan Katoda.

Sementara di Inner Mongolia, rombongan menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta peluang kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk.

Kemudian di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical, termasuk manufaktur bahan energi baru lithium ion, pemrosesan bahan baru kobalt dan penambangan, benefisiasi dan peleburan kobalt dan tembaga; serta bertemu dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri Electric Vehicle.

Proyek Hilirisasi

Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Dok BUMN
Menteri BUMN Rini M Soemarno melakukan kunjungan ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Dok BUMN

Dalam kunjungan ini juga turut serta Direktur Utama PT Antam Tbk. Arie Arioetedjo dan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin.

Belum lama ini Holding Industri Pertambangan melalui anggota Holding PT Bukit Asam Tbk telah menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical (8/12 – 2018), untuk pembangunan proyek gasifikasi.

Melalui penandatanganan ini, batubara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batubara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.

Proyek hilirisasi lainnya yang juga dicanangkan oleh Holding Industri Pertambangan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk., mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat.

Proyek SGAR menjadi penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, bahan baku aluminium dengan kapasitas awal 1.000.000 ton Alumina. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya