Liputan6.com, Jakarta - Vietnam yang sedang gencar meningkatkan investasi asing mulai merasa terancam dengan industri manufaktur Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, kecemasan Vietnam terlihat dari cara mereka menjegal ekspor otomotif Indonesia.
"Vietnam sendiri sudah melihat bahwa Indonesia salah satu ancaman," ujar Menteri Airlangga dalam acara Indonesia Development Forum 2019 (IDF 2019) di JCC, Senin (22/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Ini salah satu ekspor otomotif Indonesia sudah mulai dikenakan non tarief barrier (oleh Vietnam), yaitu inspeksi satu per satu dan apabila dalam satu batch ditemukan ada persoalan, semuanya dipulangkan," jelas Airlangga.
Berkat aksi itu, ekspor otomotif Indoneaia sempat loyo, namun kini ekspor sudah kembali berjalan karena kebutuhan pasar yang besar. Airlangga menyebut Indonesia memiliki ekspor otomotif yang tinggi ke negara-negara ASEAN.
Lebih lanjut, Airlangga mengajak Indonesia untuk mengambil kesempatan emas pada perang dagang yang terjadi. Menperin berkata banyak negara yang sedang mencari lokasi alternatif untuk berbisnis.
"Jadi beberapa negara seperti Korsel, Taiwan, Jepang, apalagi dengan tension yang sekarang semakin keras, itu melihat Indonesia sebagai sebuah negara alternatif di antara trade war. Maka ini kesempatan bagi Indonesia. Ini sebetulnya golden opportunity," ujar Airlangga.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fokus Manufaktur
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menyebut industri manufaktur memang harus dijadikan fokus demi meningkatkan ekonomi. Pasalnya, ekonomi Indonesia yang didominasi komoditas mineral (batu bara) dan agrikultur (kelapa sawit) hanya membuat pertumbuhan ekonomi mentok di kisaran lima persen.
"Kalau ekonomi kita bertumpu pada sektor manufaktur maka di atas 6 persen rata-rata, tapi ketika ekonomi bertumpu pada komoditas, apakah batu bara atau sawit, maka pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,3 persen," ujar Menteri Bambang.
Advertisement