Penerbitan Diaspora Bond dapat Dukungan WNI di Luar Negeri

Kemenkeu tengah mengkaji skema penerbitan Surat Berharga Negara yang menyasar warga keturunan Indonesia di luar negeri atau diaspora.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2019, 17:30 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2019, 17:30 WIB
Banyuwangi
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengundang para perantau yang merayakan Lebaran di Banyuwangi untuk hadir dalam acara Diaspora Banyuwangi di pendopo kabupaten.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mengkaji skema penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN yang menyasar warga keturunan Indonesia di luar negeri atau diaspora. Rencananya surat utang ini akan diberi nama Diaspora Bonds. 

Presiden IDN Global Mark Gerald Eman mengungkapkan, pihaknya mendukung penerbitan diaspora bond dan akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan. Pelaksanaan program tersebut dapat mulai dijalankan secara bertahap.

"Jadi kita bagi dua diaspora bond itu dengan target market warga Indonesia yang di luar negeri karena diaspora yang tidak pegang paspor Indonesia kita perlu step-step lebih lanjut. Nah itu sedang kita proses lebih lanjut diaspora berkerjasama dengan Kemenkeu," kata dia, dalam The 5th Congress of Indonesian Diaspora (CID-5), Jakarta, Sabtu (10/8).

Dia optimistis diaspora bond dapat segera diluncurkan. Program ini pun mendapatkan tanggapan positif dari diaspora Indonesia.

"Bisa mulai secepatnya. Karena banyak sekali kita datang ke temen-temen yang di luar Indonesia, mereka sangat excited dengan diaspora bond," jelas dia.

"Mereka yang punya keluarga di  Indonesia, mereka punya income di luar negeri mereka bisa invest di diaspora bond ya, mereka dapat return bunga yang cukup menarik, dan mereka bisa membuat itu menjadi investasi mereka," imbuhnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Diaspora jadi Agen Pemerintah

Gaya modis Menlu Retno Marsudi (Sumber: Instagram/retno_marsudi)
Gaya modis Menlu Retno Marsudi (Sumber: Instagram/retno_marsudi)

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan diaspora Indonesia dapat menjadi agen pemerintah dalam upaya mempromosikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi.

"Mempromosikan itu sendiri hal pertama. Karena kita akan barengi, PR kita di dalam adalah melakukan reformasi, kemudian menjadikan iklim investasi menjadi kondusif dan sebagainya. Sehingga pada saat temen-temen diaspora membantu mempromosikan investasi, di dalamnya juga sudah siap," ungkap Retno.

Namun, kata dia, sumbangsih diaspora Indonesia dapat juga diberikan dengan turut menanamkan modal. Salah satunya lewat diaspora bond.

"Banyak juga temen-teman diaspora kita yang banyak memiliki uang. Dan jangan lupa juga ajakan kita tanamlah uangmu di indonesia," tegasnya.

"Karena kita tahu apa yang terjadi di RRT, China, India, itu adalah diaspora-diaspora mereka pulang membawa uang untuk berinvestasi di negaranya," tandasnya.   

Menteri Airlangga Ajak Diaspora di Korea Wujudkan Revolusi Industri 4.0

(Foto: Dok Kementerian Perindustrian)
Menperin Airlangga Hartarto (Foto: Dok Kementerian Perindustrian)

Pemerintah mengajak diaspora yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan sektor industri manufaktur.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Perpika memiliki peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selama di Negeri Ginseng tersebut.

"Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan industri nasional. Tujuannya yaitu memperdalam struktur, meningkatkan daya saing di kancah global, dan berbasis pada inovasi," kata Airlangga, Minggu (9/9).

Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Strategi ini menjadi agenda nasional sebagai sebuah kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.

"Pembentukan strategi tersebut guna mendukung kinerja industri nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif," jelasnya.

Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Peluang kerja sama antara pemerintah dengan diaspora, misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini.

"Salah satu langkah strategis dalam menerapkan roadmap Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem inovasi," imbuhnya.

Salah satu diaspora, Peter mengatakan, dunia memandang Asia akan menjadi pemimpin dalam penerapan teknologi digital. Ikonnya yang sudah muncul antara lain Jepang, China, dan Korea. Namun, patut optimistis bahwa Indonesia bisa mengarah ke Industri 4.0.

"Maka yang terpenting, human investment. Pemerintah perlu lebih banyak mentransformasi desain kurikulum untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) sesuai kebutuhan dunia indutri saat ini. Sebab, Korea sekarang berkembang karena culture of technology yang sudah begitu bagus," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya