Liputan6.com, Jakarta - Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan digital sangat pesat. Ditandai dengan kian maraknya jumlah unicorn di dunia.
Secara global, valuasi unicorn jika disatukan nilai valuasinya setara dengan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia pada tahun 2018.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau melihat dari ukuran, unicorn di dunia ukurannya valuasinya sama dengan GDP Indonesia pada tahun 2018 yaitu USD 1,2 triliun," kata dia, dalam sebuah acara diskusi, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Unicorn adalah perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi di atas USD 1 miliar. Saat ini Indonesia memiliki 4 unicorn yaitu Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak.
"Unicorn-unicorn jika disatukan sudah (menjadi) satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia," ujarnya.
Secara global, hingga Maret 2019, nilai pasar kumulatif seluruh unicorns sekitar USD 1.038 miliar, kira-kira setara dengan keseluruhan perekonomian Indonesia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indef: Cepat atau Lambat Unicorn Indonesia Bakal Dikuasai Asing
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aryo Dharma Pala mengatakan, cepat atau lambat startup lokal yang valuasinya mencapai di atas USD 1 miliar atau unicorn Indonesia akan dikuasai asing.
Fenomena perkembangan startup di Indonesia tidak direspons tepat oleh pemerintah. Akibatnya, banyak platform e-commerce didominasi oleh barang impor.
"Ironisnya, startup lokal yang dibanggakan oleh pemerintah, nyatanya mayoritas sahamnya sudah dimiliki asing. Sekalipun masih ada yang didominasi oleh investor dalam negeri, namun saya yakin cepat atau lambat akan dikuasai oleh investor asing," tuturnya Minggu (4/8/2019).
Aryo menilai, ada sejumlah alasan mengapa pada akhirnya saham startup lokal didominasi oleh asing.Â
BACA JUGA
"Mengapa saham startup lokal banyak dimiliki oleh asing? Selain aspek market-size yang besar, juga disebabkan oleh sumber pembiayaan investasi pada startup berasal dari venture capital(bukan sumber pembiayaan konvensional, seperti bank). Sedangkan venture capital belum berkembang pesat di Indonesia. Sehingga banyak startup lokal mendapatkan pembiayaan dari asing," paparnya.
Oleh karena itu, dalam merespons kepemilikan asing di startup, Pemerintah dan otoritas menurutnya perlu mendorong perusahaan venture capital dalam negeri agar berkembang sehingga dapat mendukung investasi startup lokal.
Di sisi lain, menurutnya pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada startup yang melakukan aktivitas pengumpulan data untuk melakukan riset dengan lembaga riset nasional/perguruan tinggi dengan menggunakan data yang mereka ambil.
"Hal ini yang terjadi di negara maju seperti di Inggris. Sehingga data yang dikumpulkan oleh startup tidak disalahgunakan dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama dunia riset dan inovasi," kata dia.
Advertisement