Target Indonesia pada Perjanjian Dagang dengan Korea

Ada sejumlah hal yang harus diantisipasi Indonesia sebagai konsekuensi perjanjian tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2019, 18:30 WIB
Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kemendag Iman Pambagyo berharap Indonesia-Korea CEPA bakal meningkatkan nilai perdagangan antara kedua negara. Termasuk target nilai perdagangan kedua negara yang mencapai USD 30 miliar di 2022.

"Bilateral trade antara Indonesia-Korea sekitar USD 19 miliar, ekspor-impor kedua negara. Dan kepala negara menargetkan pada 2022 sebesar USD 30 miliar. Kita harapkan dengan CEPA ini angka itu tercapai," kata dia, di ICE BSD, Banten, Rabu (16/10/2019).

Meskipun demikian, menurut dia, ada sejumlah hal yang harus diantisipasi Indonesia sebagai konsekuensi perjanjian tersebut.

IK-CEPA tidak hanya akan mendorong investor Korea masuk Indonesia, melainkan juga mendorong terbukanya keran impor baik barang modal maupun bahan baku dari negeri Ginseng tersebut.

"Jadi ada peningkatan impor dari Korea tetapi itu untuk investasi. Tapi perjanjian seperti CEPA ini kan untuk jauh ke depan kita harapkan ketika mereka sudah masuk kita fasilitasi dengan CEPA menyerap tenaga kerja ada pelatihan untuk tenaga kerja," ujar dia.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, di tengah banyak ketidakpastian di dunia, Indonesia dan Korea Selatan mampu membukukan hubungan yang semakin kuat.

Pada 2017 realisasi transaksi perdagangan antara Indonesia dan Korsel telah naik 20 persen menjadi USD 17 miliar. Di mana Indonesia surplus USD 78 juta.

"Kalau tidak salah mereka juga akan menempatkan RnD di Indonesia untuk Hyundai. Ke depan kita harapkan peningkatan ekspor jauh lebih signifikan," tandasnya.

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Perjanjian Kerja Sama RCEP Bakal Diumumkan Awal November

Bendera ASEAN
Ilustrasi (AFP)

Menteri Ekonomi di 16 negara melakukan Pertemuan Intersesi ke-9 di Bangkok, Sabtu kemarin. Pertemuan tersebut dihadiri 16 negara peserta Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP)

"Pertemuan ini sangat penting untuk memastikan penyelesaian perundingan RCEP," jelas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, yang dikutip dari keterangan tertulis Rabu (16/10/2019)

Rencananya, penyelesaian perundingan akan diumumkan oleh Kepala Negara atau Pemerintahan Negara Peserta RCEP pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP ke-3, 4 November di Bangkok.

Menurut Kementerian Perdagangan, para menteri menyambut baik kemajuan yang dicapai pada perundingan ke-28 pada 19-27 September di Vietnam.

Sebelumnya melakukan pertemuan, dilakukan Troika plus dengan negara peserta RCEP yang disebut single outlier pertama dengan Malaysia, Jepang, dan India. Troika plus adalah langkah solusi untuk melakukan perundingan yang lebih efektif.

Selanjutnya dilakukan pembahasan "Setelah melalui pembahasan yang sangat intensif lebih dari tiga jam, kami dapat mencapai suatu paket resolusi bagi seluruh isu tersisa," tutur Enggartiasto.

Mendag mengaku, seluruh menteri berkomitmen mengerahkan upaya maksimal untuk menyelesaikan perundingan. Direktur Jenderal Perundingan Perdagagan Internasional, Iman Pambagyo, sekaligus Ketua TNC RCEP, juga menegaskan optimismenya.

“Dengan komitmen dan arahan yang konkret dari para Menteri RCEP, saya optimistis dengan kerja keras dan kerja sama semua tim perunding," kata Iman.

Iman Pambagyo meyakini dapat menjadi pegangan bagi tim perunding untuk menyelesaikan semua isu perundingan single outlier, termasuk isu yang bersifat politis seperti yang sedang dihadapi Jepang dengan Korea Selatan dan dengan Tiongkok.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya