Bank Indonesia Mitigasi Dampak Brexit ke Indonesia

Untuk diketahui, tepat Sabtu (1/2/2020) pukul 06.00 WIB perpisahan Inggris raya dengan Uni Eropa resmi terjadi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Feb 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2020, 18:30 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) masih memitigasi dampak berpisahnya Inggris Raya dengan Uni Eropa (Brexit) terhadap perekonomian Indonesia. Untuk diketahui, tepat Sabtu (1/2/2020) pukul 06.00 WIB perpisahan resmi terjadi.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan, BI belum bisa memaparkan dampak perekonomian Indonesia atas keputusan Brexit. Sebab Bank Sentral tersebut masih memitigasi dampaknya.

"Kita mesti liat dulu nggak bisa langsung, Kita pantau dulu," kata Onny, di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Sabtu (1/2/2020).

Onny mengungkapkan, jika menilik kerjasama dagang dan pendanaan antara Indonesia dengan Uni Eropa dan Inggris tidak besar‎. Namun, bukan berarti BI menganggap dampak Brexit terhadap Indonesia cukup kecil.

"Ya kita pantau saja tapi kita nggak berani mengecilkan. Kan tau ekspor Indonesia ke mana aja. jadi ada chanel-chanel kita lihat ada chanel perdagangan, kita lihat dari chanel investasi," paparnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Virus Corona Lebih Berpengaruh

Kesiapan Indonesia Hadapi Virus Corona
Pramugari mengenakan pakaian khusus bersiap untuk meninggalkan Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten, Sabtu (1/2/2020). Indonesia mengirim tim evakuasi untuk memulangkan kebanyakan mahasiswa yang belajar di wilayah yang dilanda virus corona. (AFP/Adam Tanjung)

Dia menyebut, ekonomi Indonesia lebih terpengaruh pada ‎perang dagang China dan Amerika Serikat (AS), sebab ekspor Indonesia kedua negara tersebut besar. Selain itu, sentimen nilai tukar saat ini lebih condong pada penyebaran virus corona yang terjadi di China.

"Sekarang kan yang terjadi sentimen Virus Corona. Kita lihat saja kita pantau. Jadi nggak berani terlalu dini juga ya.‎ Kan terjadinya baru tadi malam‎," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya