Peluang Petani di Tengah Lonjakan Harga Pangan Impor Akibat Virus Corona

Kesempatan petani Indonesia untuk menyediakan sembako ditengah kenaikkan harga impor yang mengalami kenaikan akibat corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 13:30 WIB
Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Merebaknya virus corona yang berasal dari Wuhan, China ternyata berpengaruh terhadap harga impor sembako di Indonesia. Pasalnya, hampir semua kebutuhan dapur Indonesia berasal dari China.

Wakil Ketua Umum Asosisasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ngadiran mengatakan bahwa dengan adanya virus corona ini harusnya dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk memaksimalkan produk dalam negeri.

“Sebaiknya produk dalam negeri harus dipacu untuk dikonsumsi sendiri apapun itu. Jangan kita itu ketergantungan dengan impor. Nah ini tinggal bagaimana peran pemerintah. Sebenarnya kan produk dalam negeri itu banyak dan sangat bisa ditingkatkan jumlah dan kualitasnya. Bagi saya, mau naik berapapun kalau larinya ke petani kan kita senang”, tutur Ngadiran, Wakil Ketua Umum, APPSI, kepada Liputan6.com, Kamis (6/2/2020).

Beliau menambahkan bahwa Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan situasi ini untuk menaikkan kualitas dalam negeri agar petani pun bisa berpenghasilan dan negara dapat mengirit pembiayaan impor. Belum lagi harga pasar sangat berpengaruh karena munculnya virus corona ini.

Pembinaan dari dinas terkait dibutuhkan untuk mengarahkan para petani agar bisa menghasilkan barang berkualitas yang nantinya digunakan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Indonesia dirasa mampu untuk melakukan swasembada. Dilihat dari petani garam yang hasil panennya menggunung namun tidak diserap oleh pemerintah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kenaikan Harga Pangan Impor

Ilustrasi Bawang Putih
Bawang putih. (iStockphoto)

Ngadiran menjelaskan kenaikan harga impor ini seharusnya jangan sampai berpengaruh ke pedagang Indonesia.

“Naik ya sebentar, tapi itulah tugasnya pemerintah untuk tidak terpengaruh. Kalau akhirnya produk dalam negeri surplus kan tidak harus naik dong. Kenaikan harga ini harus segera diantisipasi. Jangan makan gaji buta, berpangku tangan diatas penderitaan rakyat,” jelas Ngadiran.

Salah satu produk impor yang mengalami kenaikan harga adalah bawang putih yang naik dua kali lipat dari harga aslinya. Harga normal bawang putih Rp 30 ribu-Rp 35 ribu per kilogram saat ini dipasaran mencapai Rp 60 ribu per kilogramnya.

“Yang memberi izin impor itukan menteri perdagangan dan menteri pertanian. Kalau mereka bisa mengatur baik, tidak akan harganya gila seperti ini. Harusnya kenaikannya tidak sebanyak ini. Karena kesempatan juga bagi importir untuk menaikkan harga apalagi dengan adanya virus corona,” tambah Wakil Ketua Umum APSSI tersebut.

Menurut Ngadiran, hal positif yang bisa diambil dari wabah virus corona ini adalah pemerintah Indonesia tidak lagi mengandalkan barang impor, agar petani dalam negeri dapat menikmati hasilnya dan bisa meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia.

Reporter : Helena Yupita

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya