Jack Ma Geser Mukesh Ambani Jadi Orang Terkaya di Asia

Berkurangnya kekayaan bersih Mukesh Ambani membawa dia turun ke posisi kedua sebagai orang terkaya di Asia.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Mar 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 18:00 WIB
Jack Ma dan Mukesh Ambani. Dok
Jack Ma dan Mukesh Ambani. Dok

Liputan6.com, Jakarta Miliarder Mukesh Ambani, harus menyerahkan gelarnya sebagai orang terkaya di Asia kepada Jack Ma. Anjloknya harga minyak dunia dan kerontokan pasar saham mendorong kekayaan pria asal India ini susut.

Melansir laman South China Morning Post, Selasa (10/3/2020), kondisi diperparah meningkatnya kekhawatiran bahwa penyebaran Virus Corona akan mendorong dunia ke dalam resesi. Alhasil, kekayaan Ambani terpangkas hingga USD 5,8 miliar (Rp 82,3 triliun).

Berkurangnya kekayaan bersih Ambani membawa dia turun ke posisi kedua sebagai orang terkaya di Asia. Indeks Billionaires Bloomberg mendaulat  Jack Ma, pendiri Alibaba Group Holding kembali naik sebagai orang terkaya di Asia.

Jack Ma tercatat memiliki harta USD 44,5 miliar (Rp 632,9 triliun), sekitar USD 2,6 miliar (Rp 36,9 triliun) lebih banyak dari Ambani.

Jack Ma sebenarnya sempat melepaskan peringkat nomor satu orang terkaya di Asia pada pertengahan 2018. 

Harga minyak tercatat turun tajam dalam 29 tahun karena Arab Saudi dan Rusia yang memutuskan memproduksi lebih banyak, dalam perjuangan menghadapi penurunan permintaan. Konsumsi minyak susut imbas dari Virus Corona yang melanda banyak negara di dunia.

Reliance Industries, yang merupakan perusahaan Ambani harus menanggung penurunan harga saham hingga 12 persen pada hari Senin, terbesar sejak 2009. Ini memperpanjang penurunan saham perusahaan pada tahun ini menjadi 26 persen.

 

Harga Minyak Dunia Turun, Miliarder Ini Kehilangan Kekayaan Rp 14 Triliun

Miliarder minyak, Harold Hamm telah melihat nilai sahamnya di Continental Resources anjlok setengah sejak Januari dan lebih dari USD 1 miliar (Rp 14,3 triliun) minggu ini di tengah aksi jual saham perusahaan. 

Saham Continental mengumumkan harga USD 17 (Rp 244.489) pada hari Kamis, setelah jatuh sekitar 25 persen ke level terndah dalam lebih dari satu dekade.

Analis di Tudor, Pickering & Holt menyatakan bahwa kekhawatiran anggaran belanja modal Continental mengasumsikan minyak pada USD 55 (Rp 790.996) per barel (dibandingkan WTI pada USD 47(Rp 675.942) dan tidak mungkin menghasilkan arus kas bebas tanpa pemulihan.

Di tengah kelemahan harga minyak mentah, kekayaan Hamm merosot dari USD 17,2 miliar (Rp 247 triliun) pada tahun 2018, menjadi USD 12,7 miliar (Rp 182 triliun) setahun yang lalu, dan sekarang turun menjadi USD 5,3 miliar (Rp 76 triliun), menurut perkiraan Forbes.

Hamm yang memilki 77 persen dari Continental mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO akhir tahun lalu dan sekarang menjabat sebagai kepala eksekutif perusahaan yang didirikannya pada tahun 1967.

Dengan harga saat ini, semua yang dimiliki Continental (yaitu saham yang tidak dimiliki Hamm) hanya sebesar USD 1,5 miliar atau Rp 21 triliun.

Miliarder minyak, Harold Hamm telah melihat nilai sahamnya di Continental Resources anjlok setengah sejak Januari dan lebih dari USD 1 miliar (Rp 14,3 triliun) minggu ini di tengah aksi jual saham perusahaan. 

Saham Continental mengumumkan harga USD 17 (Rp 244.489) pada hari Kamis, setelah jatuh sekitar 25 persen ke level terndah dalam lebih dari satu dekade.

Analis di Tudor, Pickering & Holt menyatakan bahwa kekhawatiran anggaran belanja modal Continental mengasumsikan minyak pada USD 55 (Rp 790.996) per barel (dibandingkan WTI pada USD 47(Rp 675.942) dan tidak mungkin menghasilkan arus kas bebas tanpa pemulihan.

Di tengah kelemahan harga minyak mentah, kekayaan Hamm merosot dari USD 17,2 miliar (Rp 247 triliun) pada tahun 2018, menjadi USD 12,7 miliar (Rp 182 triliun) setahun yang lalu, dan sekarang turun menjadi USD 5,3 miliar (Rp 76 triliun), menurut perkiraan Forbes.

Hamm yang memilki 77 persen dari Continental mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO akhir tahun lalu dan sekarang menjabat sebagai kepala eksekutif perusahaan yang didirikannya pada tahun 1967.

Dengan harga saat ini, semua yang dimiliki Continental (yaitu saham yang tidak dimiliki Hamm) hanya sebesar USD 1,5 miliar atau Rp 21 triliun.

Menurut laporan tahunan Continental, yang dirilis kemarin, perusahaan menghasilkan laba bersih USD 770 juta (Rp 11 triliun) tahun lalu, turun dari hampir USD 1 miliar (Rp 14 triliun) pada tahun 2018, dan meningkatkan produksi minyak dan gas sebesar 18 persen. 

Walaupun  wabah virus corona tampaknya akan mengurangi pertumbuhan permintaan minyak tahun ini, karena orang yang melakukan penerbangan,  mengemudi, dan membeli lebih sedikit. Saat ini dunia masih menggunakan 100 juta barel minyak bumi per hari.

Jika Hamm mengambil Continental 100 persen, bisa berdampak atas peringkat Hamm sebagai miliarder di Forbes.  

Reporter : Tiara Sekarini

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya