Sempat Swasembada di 2019, Ini Sebab Indonesia Bisa Kembali Kekurangan Garam

Sampai saat ini, produksi garam nasional telah mencapai 3,5 juta ton, sesuai yang ditargetkan pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2020, 15:03 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2020, 15:00 WIB
Panen Garam
Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani, meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu menurun. (Juni Kriswanto/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah mampu mencapai target swasembada garam pada 2019. Sampai saat ini, produksi garam nasional tercatat sebesar 3,5 juta ton, sesuai yang ditargetkan pemerintah.

Namun, seiring bertambahnya industri membuat permintaan garam di dalam negeri ikut melonjak. Diprediksi sampai akhir tahun 2021 tingkat konsumsi garam mencapai 4 hingga 4,5 juta ton.

"Isu masalah garam, sebenarnya kita sudah swasembada 3,5 juta ton. Tapi begitu industri  meningkat, maka konsumsi juga bertambah," kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanuddin dalam video conference, Minggu (31/5/2020).

Menurutnya tingginya permintaan garam akibat kehadiran industri baru di berbagai daerah tak diimbangi dengan jumlah lahan produksi yang tersedia. Kementerian mencatat jumlah lahan produktif yang tersedia hanya mencapai 25.000 hektare.

Permasalahan diperparah oleh proses pembuatan garam yang masih menggunakan metode evaporasi. Di mana produksi mengandalkan penguapan dengan menggunakan sinar matahari yang telah dilakukan sejak zaman Hindia Belanda.

 

Tambah Lahan

Panen Garam
Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani, meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu menurun. (Juni Kriswanto/AFP)

Untuk itu, pihaknya menjanjikan akan menambah jumlah lahan produksi garam secara bertahap, khususnya di wilayah sentra penghasil garam.

Selain itu, PT Garam selaku BUMN selaku penggaraman nasional harus mengubah cara produksi agar lebih modern dan profesional  demi mengamankan stok nasional.

"Dengan produksi pergaraman terpadu, transformasi dan efisien. Diyakini akan meningkatkan produksi lahan pergaraman hingga 100 ton per hektar. Mengingat selama ini produksi hanya menghasilkan maksimal 60 ton per hektare," tandasnya. 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya