Konsumen di Asia Tenggara Tetap Gemar Belanja Online Meski Pandemi Usai

Total nilai transaksi grosir di Asia Tenggara diperkirakan sekitar USD 350 miliar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Jun 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 13:30 WIB
Orang belanja online
Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Konsumen Asia Tenggara akan terus membeli kebutuhan bahan makanan hingga barang penting lainnya secara online usai pandemi corona berakhir. Hal tersebut terungkap dari hasil penelitian konsultan Bain & Company dan Facebook.

Laporan dari kedua perusahaan tersebut mengatakan, e-commerce dan tren digital lainnya mengalami percepatan akibat wabah Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 7 juta penduduk dunia.

"Beberapa tren selama masa pandemi akan tetap bertahan ke depan. Salah satu tren yang kita identifikasi kan yakni belanja online, dan itu akan bertahan," ungkap Praneeth Yendamuri selaku mitra Bain & Company seperti dikutip CNBC, Rabu (10/6/2020).

Yendamuri menjelaskan, sektor pasar digital bertumbuh hampir tiga kali lipat selama masa wabah di Asia Tenggara. Sebanyak satu dari tiga pengguna yang disurvey bahkan mengatakan, mereka akan terus berbelanja lewat media internet ke depannya.

Total nilai transaksi grosir di Asia Tenggara diperkirakan sekitar USD 350 miliar, dimana pasar digital menyumbang sebagian kecil dari nilai keseluruhan.

Lazada yang didukung Alibaba melaporkan, penjualan grosir online di Singapura bahkan melonjak empat kali lipat dari awal April, waktu dimana Negeri Singa mulai membatasi pergerakan warganya akibat kasus virus corona yang semakin intensif.

Perekonomian digital di Asia Tenggara tampaknya menjadi sangat penting bagi banyak perusahaan. Facebook baru-baru ini menginvestasikan jumlah dana yang dirahasiakan kepada Gojek.

 

Ekonomi Digital Tumbuh

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Investor asal Singapura memprediksikan bahwa pada 2025, pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara akan mencapai USD 300 miliar. Itu akan didorong oleh e-commerce, transportasi online, dan adanya kenaikan pembayaran digital.

Penetrasi smartphone dan konektivitas internet di kawasan ini akan mempe cepat akses digital bagi lebih dari 600 juta penduduk yang saat ini belum tersentuh teknologi tersebut.

Menurut Yendamuri, tren yang ke depan akan bertahan yakni penggunaan aplikasi baru di bidang-bidang seperti perdagangan online dan video streaming. "Itu termasuk pembayaran elektronik dan dompet digital yang menyediakan opsi pembayaran tanpa kontak kepada konsumen," ujarnya.

Bahkan setelah perekonomian kembali dibuka sepenuhnya, ia menambahkan, penduduk Asia Tenggara di masa mendatang akan 1,5 kali lebih kecil kemungkinannya untuk keluar rumah dibanding orang-orang Amerika, yang akan marak berselebrasi.

Selain itu, telemedicine dan layanan kesehatan digital juga diperkirakan akan tetap diminati. Yendamuri mengamati, perusahaan dan investor juga membuka peluang untuk mengkapitalisasi tren tersebut.

"Banyak konsumen telah menggunakan layanan ini dan merasa puas atas kualitas dan level pelayanan yang didapatkan dari checkup virtual," kata Yendamuri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya