Usai Menguat 7 Pekan, Harga Minyak Diprediksi Kembali Tertekan

Goldman Sachs mengingatkan potensi harga minyak di Amerika Serikat dapat kembali turun dalam beberapa pekan ke depan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Jun 2020, 21:30 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 21:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak terus menguat selama tujuh pekan terakhir pasca kejatuhan pada April lalu yang menyentuh angka minus. Namun demikian, harga minyak yang perkasa ini dianggap hanya bisa bertahan beberapa waktu saja.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) sukses menyentuh angka tertinggi USD 40 per barel pada pekan ini. Kondisi tersebut berbanding terbalik pada 20 April lalu, dimana harga minyak sempat mencapai titik terendah pada USD -40,32 per barel.

Pergerakan serupa juga terjadi pada harga minyak mentah jenis Brent yang naik lebih dari dua kali lipat sejak pertengahan April. Berbagai kenaikan tersebut didorong oleh harapan akan kebangkitan perekonomian dunia dari pandemi virus corona yang menghancurkan harga bensin, diesel, dan bahan bakar jet.

Penguatan harga minyak juga disebabkan oleh pemangkasan produksi negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak (OPEC) serta Rusia dan negara aliansinya.

Akan tetapi, sejumlah pakar menyoroti bahwa kenaikan harga minyak ini seakan terlalu baik untuk jadi kenyataan di tengah kondisi dunia yang kini masih terserang ancaman virus corona.

Analis menuturkan, produksi minyak yang berlebihan belum menghilang. Plus perusahaan minyak besar belum menakar permintaan yang diprediksi bisa kembali ke level sebelum terjadi pandemi hingga ancaman gelombang kedua wabah virus corona.

"Pasar mungkin sedikit lebih maju. Pengamatan risiko juga menurun tajam," kata Presiden perusahaan konsultan Rapidan Energy Group Bob McNally seperti dikutip CNN, Rabu (10/6/2020).

Para pedagang optimis pasokan berlebih yang sempat membuat harga minyak jatuh akan segera menghilang. Kendati begitu, penyeimbangan harga minyak seperti sebelum wabah pandemi datang diperkirakan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

 

Tantangan Harga Minyak

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Bank Investasi Goldman Sachs mengingatkan potensi harga minyak di Amerika Serikat dapat kembali turun dalam beberapa pekan ke depan. Goldman Sachs memprediksi harga minyak di Negeri Paman Sam akan menyentuh USD 34 per barel pada kuartal III 2020.

Wall Street juga memaparkan empat tantangan di tengah melonjaknya harga minyak AS. Antara lain ekspetasi terkait permintaan, tingkat ketersediaan minyak, Libya yang mulai memproduksi minyak, hingga harga minyak mendekati level yang akan membuat pasokan OPEC berkurang dan pembelian China melambat.

Indikator lain yang perlu disoroti yakni titik balik harga minyak potensi menyulut peningkatan produksi secara signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, harga yang lebih tinggi membuat perusahaan-perusahaan minyak meningkatkan produksi secara berlebih hingga membuat kelebihan pasokan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya