Harga Minyak Melonjak Didorong Komitmen Pemangkasan Produksi

Permintaan bahan bakar telah pulih setelah anjlok pada April akibat lockdown untuk mengendalikan pandemi.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Jun 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena para pedagang khawatir tentang gelombang kedua kasus virus corona dan diimbangi oleh komitmen dari produsen minyak utama untuk membatasi produksi.

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/6/2020) Brent diperdagangkan naik 27 sen atau 0,66 persen ke level USD 41,11 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 75 sen atau 1,96 persen menjadi USD 38,94 per barel.

Permintaan bahan bakar telah pulih setelah anjlok pada April akibat lockdown untuk mengendalikan pandemi. Namun, para analis telah mengatakan bahwa lonjakan pasar minyak yang cepat hingga lebih dari USD 40 per barel mungkin merupakan pandangan yang terlalu optimis terhadap konsumsi.

"Gelombang kedua pandemi ini bukan lagi kemungkinan yang jauh dan jika disadari, permintaan minyak, yang perlahan-lahan telah pulih, mungkin akan turun kembali ke tingkat penutupan," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak Rystad Energy.

Virus corona telah menewaskan lebih dari 400 ribu orang di seluruh dunia, dan jumlah kasus harian baru mencapai rekor pada hari Minggu karena pandemi belum memuncak di Amerika tengah, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Harga Minyak

Ini Setiap Kali Perusahaan Hulu Migas Investasi US$1
Perusahaan-perusahaan hulu migas sering dianggap hanya berperan menyediakan pasokan energi dan menghasilkan penerimaan negara

Goldman Sachs menaikkan perkiraan di 2020 untuk Brent menjadi USD 40,40 per barel dan WTI menjadi USD 36 tetapi memperingatkan bahwa harga kemungkinan akan kembali dalam beberapa minggu mendatang karena ketidakpastian permintaan dan persediaan yang overhang.

Libya mengatakan pihaknya menyatakan keadaan force majeure pada beberapa ekspor dari ladang minyak Sharara pada Selasa, setelah produksi dihentikan sementara akibat kelompok bersenjata.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan produsen lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada hari Sabtu sepakat untuk memperpanjang rekor penurunan 9,7 juta barel per hari (bph) hingga akhir Juli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya