Solusi agar Masyarakat Mau Beralih Pakai BBM Oktan Tinggi

Saat ini, mayoritas kendaraan bermotor sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM oktan tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 19:00 WIB
Isu Penghapusan, Pertamina Tetap Salurkan BBM Beroktan Rendah
Pengendara motor mengantre mengisi BBM di SPBU, Jakarta, Kamis (18/6/2020). Kendati demikian, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, saat ini pihaknya masih menyediakan dan menyalurkan BBM jenis Premium dan pertalite. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diminta terus mendorong masyarakat untuk mengalihkan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan yang memiliki kandungan oktan atau RON tinggi seperti Pertamax Cs.

Konsumsi BBM oktan rendah seperti Premium dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini, mayoritas kendaraan bermotor sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM oktan tinggi.

Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, untuk mendorong konsumsi BBM RON tinggi, penjualan premium sudah seharusnya mulai dibatasi.

Hanya saja, harus diakui ada tantangan lain, sisi konsumsi solar subsidi. Sebab, banyak kendaraan angkutan yang masih memerlukan solar. Jika tidak ada solar subsidi bisa berakibat naiknya ongkos transportasi dan harga barang bisa naik juga.

Dia meyakini jika pemerintah punya skema terbaik mendorong kendaraan angkutan menggunakan BBM dengan kualitas bagus. Bahkan, agar konsumsi BBM RON tinggi seperti Pertamax bisa lebih tinggi, pemerintah disarankan mendorong masyarakat untuk beralih ke Pertamax series.

"Selain itu, menyediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Misalnya RON 92 seharga RON 88 atau RON 90," kata dia, Jumat (19/6/2020).

Pemerintah, dikatakan bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya, misalnya Euro IV. Demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif.

Mengenai keunggulan BBM RON tinggi seperti seri Pertamax, ibarat makanan bergizi bagi kendaraan. "Kalau BBM yang dipakai berkualitas, maka performa dan keawetan mesin juga sangat terjaga. Karena itu pula, maka tidak menjadi persoalan ketika kendaraan keluaran lama pun mempergunakan Pertamax," katanya.

Selain berdampak negatif bagi mesin kendaraan bermotor, BBM RON rendah juga berakibat buruk terhadap lingkungan hidup dan kesehatan. Karena pembakaran tidak sempurna, maka BBM RON rendah akan menghasilkan emisi sangat tinggi. Selain itu, juga akan menghasilkan karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang juga tinggi.

Penggunaan BBM berkualitas akan mendorong penurunan emisi dan memperbaiki kualitas udara. Bahan bakar berkualitas juga membuat sistem pembakaran mesin (engine combustion) lebih sempurna sehingga lebih irit BBM, mesin awet & mempermudah perawatan kendaraan.

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video di bawah ini:

Kompensasi

Isu Penghapusan, Pertamina Tetap Salurkan BBM Beroktan Rendah
Pengendara motor mengisi BBM di SPBU, Jakarta, Kamis (18/6/2020). PT Pertamina (Persero) berencana melakukan simplifikasi produk BBM yang tidak ramah lingkungan yang mempunyai kadar Research Octane Number (RON) di bawah 91. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kata Mamit, beban negara untuk BBM berkurang karena dana kompensasi dialihkan ke sektor/pos lain yang lebih membutuhkan sehingga menjadi lebih tepat sasaran.

Angka yang menunjukkan mutu bahan bakar serta daya tahannya untuk menahan kompresi di ruang bakar sebelum terbakar secara spontan.

"Angka nilai oktan terentang dari 85 - 100. Semakin tinggi nilai oktan, semakin tinggi tekanan yang dapat diberikan terhadap bahan bakar di ruang bakar," jelasnya.

Pada 2018, terdapat mobil penumpang sebanyak 16.440.987, sementara sepeda motor pada 2018 tercatat mencapai 120.101.047, adapun mobil barang 7.778.544, sehingga total kendaraan 146.858.759.

"Dengan banyaknya keluaran kendaraan tahun 2010 ke atas di Indonesia, seharusnya BBM yang banyak digunakan saat ini sesuai dengan teknologi kendaraannya. Karena itu, tidak tepat jika kendaraan produksi terbaru, menggunakan BBM dengan oktan rendah, karena akan cenderung lebih banyak emisi gas rumah kaca, kemudian urang dalam segi fuel economy, serta cenderung menghasilkan deposit yang lebih tinggi sehingga mesin tidak optimal," dia menandaskan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya