Bisnis Kargo Jadi Penyelamat Pengusaha Transportasi di Tengah Pandemi Covid-19

Logistik jadi satu pilihan logis mengingat pengusaha transportasi memiliki armada kosong yang bisa diisi barang-barang kiriman.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Jun 2020, 20:46 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 20:45 WIB
Ilustrasi kapal kargo (Liputan6.com/Rino Abonita)
Ilustrasi kapal kargo (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Jakarta Transportasi menjadi salah satu sektor yang terdampak cukup signifikan akibat pandemi COVID-19. Operator penerbangan sampai pelayaran kemudian harus menerima kenyataan berkurang drastisnya jumlah penumpang sehingga harus melakukan banyak penyesuaian.

Kendati begitu, sebagai platform yang memindahkan penumpang dari satu titik ke titik lain, para pemain transportasi berpikir keras menjaga pemasukan, sebagai ganti minimnya penumpang. Logistik jadi satu pilihan logis mengingat mereka memiliki armada kosong yang bisa diisi barang-barang kiriman.

Direktur Utama Garuda Indonesia, yang kini memaksimalkan armada kosong untuk kargo. Irfan mencontohkan ketika pelanggan di Jakarta memesan oleh-oleh di Jogjakarta, ia menjamin besok sore sudah sampai depan pintu rumah.

"Dari dulu kami hanya fokus penumpang. Namun sekarang harus berpikir pada bisnis pengiriman barang," kata Irfan dalam MarkPlus Industry Roundtable sektor transportasi, Jumat (19/6/2020).

Begitu juga, Direktur Utama Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Insan P Tobing, mengatakan menyatakan di masa krisis ini penumpang benar-benar menyusut drastis bahkan tidak sampai 10 persen.

Setiap bulan setidaknya Pelni memiliki kemampuan mengangkut sekitar 200 ribu penumpang.

“Kalau dihitung tidak sampai 1 persen. Pada April saja kami hanya angkut 523 penumpang. Mei di masa Lebaran kami angkut 700 saja. Daripada buang cost, armada-armada kapal kami keep di beberapa pelabuhan dengan mode stand by. Kalau diperlukan, kami siap," ujar Insan.

Maka mau tidak mau di saat sekarang bisnis tersebut harus dimaksimalkan. Sebetulnya Pelni yang sejak 2015 mulai merintis kargo, apalagi setahun kemudian Pelni mulai memiliki kapal angkutan barang.

Selanjutnya, Blue Bird juga mengakui bahwa semenjak pandemi, mereka mulai melirik bisnis logistik dalam kota. Jika dulu taksi dipakai mengangkut penumpang, kini yang diantar adalah barang.

"Bisnis ini laris manis di masa pandemi. Dan bukan hanya barang penumpang atau perorangan yang kami antar, tapi juga logistik sekelas korporat," pungkas Chief Marketing Officer Blue Bird Amelia Nasution.

Saksikan video di bawah ini:

Dukung Bisnis Logistik, AP I Gandeng Pelita Air Luncurkan Pesawat Kargo

Terbangkan SPBU Portable, Pertamina Modifikasi Pelita Air Jadi Pesawat Cargo
PT Pertamina (Persero) kembali mengerahkan Pelita Air Service untuk percepatan dan optimalisasi pendistribusian BBM, dengan membawa kargo berupa SPBU Portabel ke Palu, Sulawesi Tengah.

PT Angkasa Pura I melalui anak usahanya, Angkasa Pura Logistik (APL) bekerjasama dengan Pelita Air Service meluncurkan pesawat khusus kargo (freighter) tipe ATR 72-500F.

Direktur Utama P I Faik Fahmi menyatakan, langkah ini dapat mendorong kinerja bisnis logistik perusahaan yang selama ini mengangkut logistik berdasarkan penerbangan penumpang.

"Kargo udara sangat tergantung dengan penerbangan penumpang reguler, kalau cancelled akan sulit kirim kargo," ujar Faik Fahmi dalam konferensi pers, Kamis (4/6/2020).

Lebih lanjut, langkah ini juga merupakan survival dan rebound strategy yang dijalankan AP I melalui APL. Sebagaimana diketahui, bisnis aviasi memang terpukul sangat keras imbas pandemi Corona ini.

Tak ketinggalan, Direktur Utama APL Dhanny P Thaharsyah menyatakan, penandatanganan pengoperasian pesawat ATR 72-500F telah dilakukan di Bandara Halim. Untuk pesawat kedua diharapkan bisa beroperasi Juli mendatang.

"Dengan kedua armada ini, diharapkan konektivitas menjdi lebih baik, apalagi saat ini kargo banyak yang tidak terjangkau. Kami pilih pesawat ini karena bisa melintas di runway 1.500 m (kecil)," ujar Dhanny.

Di saat yang sama Plt Direktur Utama PT Pelita Air Service Muhammad Riyadi menyatakan, pihaknya memiliki pengalaman mengangkut kargo berupa barang berbahaya (dangerous goods), meskipun selama ini menjalankan bisnis angkutan penumpang khusus PT Pertamina, PT Medco dan PT Badak.

"Kami punya pengalaman mengangkut kargo dangerous goods di Medan dan Papua dengan pesawat bermesin tunggal," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya