Harga Emas Stabil di Tengah Kekhawatiran Peningkatan Penyebaran Corona

Peningkatan kasus virus Corona di sebagian besar Amerika Serikat telah membuat pasar gelisah. hal ini mendukung harga emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 30 Jun 2020, 07:31 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 07:31 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia. Harga emas sudah mulai beranjak naik sejak minggu lalu. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas hanya berubah sedikit pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Namun harga emas tetap mampu bertahan mendekati puncak tertinggi dalam 8 tahun.

Cepatnya penyebaran virus Corona menjadi ancaman gagalnya harapan akan pemulihan ekonomi di seluruh dunia.

Mengutip CNBC, Selasa (30/6/2020), harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD 1.769,52 per ounce, tetapi hanya USD 9,54 di bawah level tertinggi sejak Oktober 2012 yang dicapai Rabu lalu.

Harga emas juga berada di jalur untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut dan kenaikan kuartalan terbesar dalam lebih dari empat tahun.

Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,1 persen ke level USD 1.781,20 per ounce.

"Peningkatan kasus virus Corona di sebagian besar Amerika Serikat telah membuat pasar gelisah. hal ini mendukung harga emas," jelas analis senior RJO Futures Bob Haberkorn.

"Harga emas sudah mulai beranjak naik sejak minggu lalu. Tapi saat ini, para pedagang sedang menunggu untuk melihat bagaimana kinerja pasar saham dan jika ekuitas turun emas akan bergerak lebih tinggi," lanjut dia.

Membebani harga emas, adalah dolar AS yang stabil dan kenaikan di Wall Street karena harapan investor pada lebih banyak stimulus bahkan ketika kasus virus corona global terus meningkat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Harga Emas Diprediksi Tembus USD 1.800 per Ons

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, analis melihat harga emas akan lebih fluktuatif di perdagangan pada pekan ini dengan upaya untuk menembus level USD 1.800 per ons.

Harga emas berjangka naik pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu berada di atas USD 1.770 dengan perdagangan Comex untuk pengiriman Agustus yang naik 0,54 persen, dan ditutup pada USD 1.780,10 per ons, setelah sebelumnya sempat mengalami konsolidasi.

Sentimen risk-off di pasar telah membantu emas mempertahankan momentum bullish, tetapi dolar AS yang lebih tinggi telah mencuri perhatian safe-haven dari emas.

"Dolar AS kembali, yang mempengaruhi harga komoditas," kata Pakar Emas Gainesville, Everett Millman dilansir dari laman Kitco, Senin (29/6/2020). 

Naiknya harga emas ini seiring dengan lonjakan angka kasus Covid-19 baru di Amerika Serikat yang naik setidaknya 39.818 pada Kamis (25/6) lalu, dan menjadi kenaikan satu hari tertinggi di AS hingga saat ini.

Kekhawatiran tentang bagaimana ini akan berdampak pada pemulihan ekonomi AS, telah menyebabkan aksi jual di pasar saham utama lainnya pada hari Jumat, menyeret Dow turun 500 poin setelah Gubernur Texas, Greg Abbott menarik kembali beberapa kebijakan pelonggaran pembatasan sosial.

"Pada saat ini, jelas bahwa peningkatan kasus sebagian besar didorong oleh jenis kegiatan tertentu, termasuk warga Texas yang berkumpul di bar," kata Abbott.

Sementara itu, kepala strategi global TD Securities, Bart Melek menjelaskan bahwa entimen risk-off baik untuk emas, tetapi eskalasi yang signifikan dalam kasus baru Covid-19 berpotensi menghambat reli emas, karena pada akhirnya semuanya kembali ke ekspektasi inflasi.

"Upaya harga emas untuk menembus ke USD 1.800-an terganggu oleh kekhawatiran virus baru, yang telah menghentikan kenaikan ekspektasi inflasi jangka panjang yang telah kita lihat selama beberapa sesi perdagangan terakhir," kata Malek.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya