Konsumsi Ikan Dunia Melonjak di Tengah Pandemi Corona

Di tengah covid-19, sektor perikanan mengalami gangguan yang cukup serius

oleh Tira Santia diperbarui 27 Jul 2020, 15:30 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2020, 15:30 WIB
Pasar Ikan Modern Muara Baru Mulai Ditempati Pedagang
Pedagang menyortir ikan di Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru, Jakarta, Kamis (21/2). PIM Muara Baru memiliki berbagai fasilitas. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah covid-19, sektor perikanan mengalami gangguan yang cukup serius. Bukan hanya kaitannya dalam produksinya ikan yang terganggu, tetapi lebih disebabkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang kian terbatas, dan distribusinya mengalami hambatan.

Kendati begitu, Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) M Riza Damanik mengatakan, di tengah situasi saat ini ada kabar baik. Kabar baik ini berasal dari rata-rata konsumsi ikan di dunia mengalami pertumbuhan.

“Jadi pertumbuhan konsumsi ikan per kapita di dunia itu rata-rata sekitar 3,1 persen per tahun ini, jauh di atas pertumbuhan populasi manusia di bumi yang hanya 1,6 persen. Bahkan lebih tinggi dari konsumsi protein hewani lain seperti daging, susu, dan lainnya yang hanya 2,1 persen,” kata Riza dalam Diskusi Publik Nasional tentang Pemulihan Ekonomi Nasional Nelayan, Senin (27/7/2020).

Menurutnya, melihat data tersebut menunjukkan meskipun ada pandemi, peluang ekonomi di sektor perikanan justru terbuka lebar untuk pasar domestik maupun global.

“Lagi-lagi  tingginya konsumsi ikan dunia, terbukanya pasar di dalam negeri dan luar negeri, pemenuhan konsumsi ikan bisa dilakukan jika akses nelayan untuk bisa menangkap ikan mudah dan terpenuhi,” katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Nelayan Kecil

Potret Kesibukan Pasar di Phnom Penh
Seorang pelanggan memilih ikan dari penjual ikan di sebuah pasar di Phnom Penh (24/7/2020). Ibu kota Kamboja ini dipenuhi pasar baik besar maupun kecil. (AFP/Tang Chhin Sothy)

Riza menyebut sekitar 96 persen dari pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan domestik berasal dari nelayan kecil. Dimana 80 persen diantaranya untuk kebutuhan domestik.

Ia mengungkapkan beberapa waktu yang lalu, KNTI melakukan dialog dengan Menteri Kelautan dan Perikanan. Dialoh ini membahas laporan dari nelayan di berbagai daerah yang mengeluh pendapatannya menurun, ketidakpastian pembelian ikan, dan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi dan nonsubsidi.

Oleh karena itu, ia menegaskan jika nelayan kecil sulit mendapatkan BBM dan aktivitas penangkapan ikannya terganggu, maka juga mengganggu konsumsi domestik, ekonomi, dan ekspor. Padahal, di tengah pandemi ini, posisi sektor pangan khususnya perikanan peluangnya terbuka lebar.

Ia berharap masalah-masalah yang dirasakan oleh nelayan bisa diadopsi dalam kebijakan nasional Indonesia.

“Dalam rangka untuk mengatasi masalah-masalah nelayan, khususnya akses terhadap BBM dan antisipasi covid-19, supaya ekonomi nelayan lebih baik,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya