Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2020 pada hari ini. Prediksi dari berbagai pihak, kuartal ini ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi.
Bahkan Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 berada di antara minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen.
Baca Juga
Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyebutkan, “Pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2020 diperkirakan terkontraksi di kisaran -4,72 persen yoy dari kuartal sebelumnya yang tercatat tumbuh tipis 2,97 persen yoy,” ujara dia saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (45/8/2020).
Advertisement
Josua menyebutkan sejumlah hal yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 mengalami kontraksi, diantaranya;
- Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan terkontraksi ke kisaran -4,79 persen yoy.
“Beberapa data yang mengindikasikan konsumsi rumah tangga menunjukkan penurunan yang signifikan sepanjang kuartal II tahun 2020. Dimana laju pertumbuhan penjualan ritel pada periode April-Juni 2020 tercatat terkontraksi -14,4 persen yoy,” kata Josua.
- Indeks kepercayaan konsumen pada periode 2020 juga menunjukkan tren yang menurun cukup signifikan. Sekitar -33,7 persen yoy pada akhir Juni 2020.
- Laju pertumbuhan nilai tukar petani pada kuartal II 2020 tercatat 0,15 persen yoy dari kuartal sebelumnya yang tercatat 1,7 persen yoy.
- Pertumbuhan penjualan mobil yang mengalami kontraksi -70,4 persen yoy. “Selain penjualan mobil yang mengalami pertumbuhan negatif, penjualan motor juga mengalami kontraksi -79,7 persen yoy,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indikator Selanjutnya
- Impor barang konsumsi sepanjang kuartal II tahun 2020 tercatat tumbuh -11,9 persen yoy.
- Pertumbuhan PMTB pada 2Q20 diperkirakan mengalami kontraksi di kisaran -5,34 persen yoy, dimana investasi bangunan dan non-bangunan cenderung melambat. Hal tersebut terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang terkontraksi -20,4 persen yoy.
“Kontraksi penjualan semen mengindikasikan investasi bangunan sepanjang periode Apr-Jun 2020 mengalami penurunan,” imbuh Josua.
- Investasi non-bangunan melambat. Ini terindikasi dari impor barang modal sepanjang 2Q20 tercatat terkontraksi -20,1 persen yoy.
- Penjualan alat berat pada kuartal II-2020 juga tercatat terkontraksi -67,9 persen.
- Konsumsi pemerintah diperkirakan melambat tipis sekitar -1,55 persen yoy. Hal ini seiring dengan realisasi laju pertumbuhan belanja K/L yang melambat -2,9 persen yoy dari periode yang sama di 2019 yakni 4,9 persen yoy.
Advertisement
Neraca Perdagangan
Surplus neraca perdagangan pada kuartal II 2020 dibandingkan kuartal II tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa
- Net ekspor pada komponen PDB di kuartal II 2020 diperkirakan cenderung meningkat dibandingkan pada kuartal II 2019. Dimana laju impor non-migas pada kuartal II-2020 tercatat terkontraksi -16,5 persen yoy. Sementara ekspor non-migas tercatat terkontraksi -11,3 persen yoy.
- Dari sisi produksi, secara umum mengalami perlambatan terindikasi dari laju penerimaan pajak PPh pada kuartal II 2020 yang tercatat terkontraksi -16,7 persen yoy.
“Sektor-sektor dari sisi produksi yang diperkirakan menurun signifikan dan bahkan diperkirakan terkontraksi antara lain sektor perdagangan dan manufaktur,” jelas dia.
Sebagian besar sektor ekonomi lainnya juga diperkirakan mengalami penurunan signifikan akibat PSBB. Sehingga terjadi penurunan produktivitas serta penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).