Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sektor pertanian Indonesia merupakan salah satu sektor yang sangat menjanjikan. Dia bercerita, petani milenial meraup untung yang cukup besar dari penjualan bunga yang dilakukan modifikasi sedemikian rupa.
"Yang hebat sekarang kembang kita, oleh petani milenial ada yang mendapat rata- rata Rp 80 hingga Rp 400 juta sebulan itu dibuat formulasi 1 pot bisa sampai Rp 30 juta," ujar Syahrul dalam konferensi pers online, Jakarta, Senin (10/8/2020).
Dia mengatakan, ekspor bunga khususnya bisa dilakukan sebanyak dua kontainer per bulan. Tujuan ekspor bunga tersebut pun beragam tergantung permintaan yang masuk ke dalam negeri.
Advertisement
"Mereka bisa ekspor 2 kontainer dalam 1 bulan. Oleh karena itu, pertanian kita menjanjikan dan koordinasi yang cukup kuat dengan Kemendag siapapun pengusaha kita akan layanain semaksimal mungkin," paparnya.
Dari sisi pertanian, kata Mentan Syahrul, Indonesia masih surplus terhadap beberapa negara di antaranya adalah China. Indonesia mengalami surplus terhadap negeri tirai bambu tersebut sebesar Rp49 triliun.
"Kami senang sekali untuk bisa bertemu dengan integrator saya berharap, saya akan undang lagi. Jangan ragu-ragu saya siap di lapangan. Pertanian itu ekspornya ke China Rp 94 triliun yang dia impor masuk Rp 45 triliun jadi masih plus. Ini sangat terbuka," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Â
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Petani Milenial Pematang Sikek Terapkan Pertanian Berbasis Teknologi
Sebelumnya, inovasi dalam teknologi dan mekanisasi pertanian yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian mendorong petani di Kepenghuluan Pematang Sikek, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, menerapkan pertanian berbasis teknologi.
Sejumlah petani milenial mulai memanfaatkan teknologi alat dan mesin pertanian untuk menggarap lahannya. Di antaranya menggunakan hand traktor, penanaman padi menggunakan rice transplanter, perawatan dengan menggunakan mesin semprot, panen dengan menggunakan combine harvester, serta pasca panen sistem vertical dryer.Â
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun mengapresiasi langkah para petani Pematang Sikek. Menurutnya, masa depan pertanian Indonesia ada di pundak generasi milenial.Â
"Generasi milenial akan menjadi penentu kemajuan pertanian nasional. Masa depan pertanian ada di pundak mereka. Sebab milenial mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang akan bermanfaat bagi kelangsungan pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi, dunia dalam genggaman anak-anak muda," katanya, Selasa (21/07/2020).
Apresiasi juga disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy. Menurutnya, generasi milenial adalah sosok yang tepat untuk memaksimalkan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian.
"Generasi milenial bidang pertanian saat ini tak hanya sekedar bertani, tetapi juga cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi. KIta berharap alsintan yang ada bisa dimanfaatkan generasi milenial untuk meningkatkan produktivitas pertanian Tanah Air," tuturnya.
Â
Advertisement
Efek Alsintan
Di Kepenghuluan Pematang Sikek, budidaya tanaman padi sawah merupakan sektor unggulan petani. Untuk meningkatkan produksi panen, para petani di Pematang Sikek memaksimalkan teknologi kekinian salah satunya penggunaan sarana alsintan rice transplanter atau mesin tanam padi.Â
"Di era Pertanian 4.0, petani harus mampu menerapkan pertanian yang modern dan tangguh serta berdaya saing. Dan petani di Pematang Sikek sudah mengarah ke arah itu," ujar Sarwo Edhy.
Salah seorang petani muda di Pematang Sikek, Sukarman, mengaku sudah menggunakan rice transplanter untuk menanam padi. Sukarman mengaku banyak manfaat yang dirasakan, di antaranya biaya tanam sangat murah bisa mencapai 2-3 kali lipat lebih murah bila dibandingkan dengan sistem tanam padi secara manual.Â
Selain itu, waktu tanam yang sangat cepat. Untuk menanam di lahan seluas 1 hektar, hanya dibutuhkan waktu 10 – 12 jam.Â
Rice transplanter pun mampu menghasilkan produksi mencapai 9,3 ton per hektar. Hasil produksi tersebut dibuktikan Sukarman dengan cara mengedepankan teknologi dalam proses produksi yang digelutinya.