5 Masalah Besar Sistem Transportasi Darat di Indonesia

Angkutan massal yang belum merata di daerah-daerah kepulauan menjadi satu masalah besar sistem transportasi di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Agu 2020, 16:51 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2020, 14:30 WIB
20170608-Persiapan Terminal Pulo Gebang Hadapi Arus Mudik 2017-Fanani
Sejumlah bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) terparkir di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Kamis (8/6). Pemprov DKI Jakarta menyiapkan terminal Pulo Gebang sebagai pusat pemberangkatan mudik Lebaran 2017. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Moda transportasi angkutan darat di Indonesia mempunyai banyak masalah. Setidaknya dalam catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terdapat lima masalah besar yang tengah melilit sektor transportasi darat Indonesia saat ini.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi membeberkan, masalah pertama adalah belum efisien dan efektif. Permasalahan ini terutama banyak terjadi di daerah tertinggal, terluar dan terdalam (3T). Akibatnya sejumlah siswa di Kubu Raya, Kalimantan Barat menjadikan motor air sebagai transportasi utama untuk mengakses sekolah yang terpisah aliran sungai Kapuas.

"Fenomena ini juga terjadi di daerah lainnya. Bagaimana transportasi darat yang belum terintegrasi dengan baik ini secara bertahap kita akan perbaiki," jelas dia dalam webinar bertajuk Transportasi untuk Merajut Keberagaman, Rabu (19/8/2020).

Kedua, egois pengemudi yang kerap terjadi di jalan raya. Dicontohkannnya, seperti pelanggaran oleh pengguna transportasi pribadi yang kerap menerobos jalur Transjakarta hingga oknum pengendara sepeda motor besar yang terlibat konflik dengan pengguna kendaraan lainnya.

"Ke depan kita terus upayakan sosialisasi akan pentingnya rasa kebersamaan dalam penggunaan transportasi darat. Sebab perbedaan merupakan sebuah keniscayaaan sehingga kita harus tekan ego pribadi," ujarnya.

Ketiga, mengabaikan aspek keselamatan yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Berdasarkan data WHO atau badan kesehatan dunia pada tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat kedelapan di Asia Tenggara dengan tingkat kematian akibat laka lantas mencapai 12,2 persen dari 100.000 populasi.

"Jenis transportasi moda angkutan yang kerap mengabaikan keselamatan pengguna, ialah angkot yang kerap melawan arus seperti di Pulogadung. Juga angkot di daerah Citeureup yang mengangkut siswa sampai ke atap kendaraan," ucapnya.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Angkutan Massal Belum Merata

H-12 Idul Fitri, Pemudik Mulai Padati Terminal Pulo Gebang
Deretan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) untuk pemudik berjejer di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Minggu (3/6). Para penumpang mengaku sengaja lebih awal mudik ke kampung halaman. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Keempat, angkutan massal yang belum merata, yang mana permasalahan ini kerap terjadi diwilayah kepulauan. Untuk itu Kementerian Perhubungan tengah membangun 12 pelabuhan di provinsi Sumatera Utara.

Terakhir, tingginya penggunaan kendaraan pribadi, yang diakibatkan oleh belum terintegrasinya antar sektor transportasi umum. Maka pihaknya akan berfokus pada penataan transportasi umum terintegrasi, demi meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum di Indonesia.

"Hal ini juga sebagai bagian untuk menekan tingkat kemacetan yang kerap menghambat berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Juga menekan tingkat laka lantas," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya