Donald Trump Positif Covid-19 Tak Berpengaruh Besar ke Ekonomi Indonesia

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya positif Virus Covid-19.

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Okt 2020, 19:15 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2020, 19:15 WIB
Donald Trump ketika berpidato di hadapan para pendukungnya dalam rangka 100 hari pemerintahannya
Donald Trump ketika berpidato di hadapan para pendukungnya dalam rangka 100 hari pemerintahannya (AP/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya dan ibu negara Melania Trump positif Virus Covid-19. Informasi tersebut diunggah secara pribadi di akun Twitter sang Presiden @realDonaldTrump.

Kabar positifnya Donald Trump dinilai akan berdampak pada ekonomi global, namun tidak separah yang dibayangkan. Kendati, guncangan tidak terelakkan akan terjadi di pasar saham dan pasar keuangan.

"Memang ada gejala tapi sifatnya sesaat di pasar keuangan, lalu di nilai tukar maupun banyak hal, terutama politik saya kira," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (2/10/2020).

Senada dengan Tauhid, Ekonom Senior Center of Reforms on Economic (CORE) Piter Abdullah menyatakan positifnya kabar ini tidak akan berpengaruh besar terhadap sektor riil AS, namun ke sektor keuangan mereka dan global.

"Hal ini memunculkan ketidakpastian terkait pemilu AS, yang menyebabkan pelaku di sektor keuangan akan wait and see. Pasar keuangan juga pasti akan terkoreksi," ujar Piter kepada Liputan6.com.

Lantas bagaimana pengaruhnya ke Indonesia?

Piter bilang, dampaknya masih sangat rendah karena baru gejolak di pasar keuangan dan pasar saham saja. Pelaku ekonomi akan lebih melihat dan mempertimbangkan kondisi domestik sehingga kondisi Donald Trump bukan faktor yang menentukan.

Kendati, Tauhid melanjutkan, dampak ini akan semakin besar jika keadaan sang Presiden semakin buruk. Karena bisa saja pemerintah AS mengubah kebijakan penanganan Covid-19 mereka.

"Kalau ternyata mereka lockdown nasional, pasti itu luar biasa, karena pusat keuangan, pusat permintaan barang dunia. Ke kita pun akan besar, rupiah akan menguat, di sisi lain tujuan ekspor kita juga berkurang," jelas Tauhid.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Donald Trump Positif Covid-19, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?

Donal Trump
Calon presiden partai Republik Donald Trump (Wikipedia)

Pemerintah perlu mewaspadai gejolak perekonomian, baik di dalam maupun luar negeri dalam situasi pandemi ini. Di mana aktivitas perekonomian masih penuh ketidakpastian yang berasal dari sektor kesehatan yang diakibatkan marebaknya Covid-19. Dampak krisis kesehatan ini sangat besar terhadap ekonomi nasional maupun dunia.

Terkini, pemerintah harus mewaspadai dampak yang berasal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Orang nomor satu di negeri Paman Sam ini baru saja terkonfirmasi positif terjangkit virus Corona.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan, kabar tersebut menjadi tambahan ketidakpastian bagi perekonomian Indonesia.

"Ketidakpastiannya tinggi sekali. Siang ini Trump kena COVID, pasar futures financial jatuh 500 poin. Itu semua pasti ada konsekuensinya," kata David dalam acara Dialogue Kita, Jumat (2/10/2020).

Ketidakpastian semakin tinggi karena potensi Joe Biden, rival Trump dalam pemilu kali ini, untuk tertular bisa saja terjadi. Karena pada saat debat Presiden AS beberapa waktu lalu, baik Trump maupun Biden tidak menggunakan masker.

"Apalagi debat kedua kandidat enggak pakai masker bisa saja Biden dites kena juga, jadi ini kondisi politik di AS dan pasar modal ada pengaruhnya," jelasnya.

Adapun penurunan indeks saham berjangka AS, menurut David akan berdampak pada ekonomi nasional. Apalagi data ekonomi Indonesia ini masih belum menunjukkan perbaikan yang sesuai harapan. Dia menyebut, fluktuasi harga komoditas membuat kinerja ekspor nasional belum begitu memuaskan.

Fluktuasinya harga komoditas juga disebabkan oleh ketidakpastian dunia yang berasal dari perang dagang antara China dengan AS. Kondisi tersebut, menurut David telah menurunkan nilai perdagangan internasional dan berdampak pada ekonomi nasional yang masih bertumpu pada komoditas.

David berharap pemerintah segera memiliki rencana mitigasi dampak ketidakpastian ini. Tak hanya dari pandemi covid-19 tapi juga dari pasar modal dan kondisi politik global termasuk Amerika Serikat. "Kondisi politik Amerika dan pasar modal pasti ada pengaruh. Saham Amerika juga perlu diperhatikan," ucapnya.


Donald Trump Positif Covid-19, Harga Minyak dan Bursa Asia Pasifik Rontok

FOTO: Debat Perdana Calon Presiden Amerika Serikat
Presiden Donald Trump berbicara selama debat presiden pertama dengan calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden di Case Western University and Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio, Selasa (29/9/2020). (AP Photo/Julio Cortez)

Harga minyak mentan dunia langsung susut sementara mata uang yen menguat, pada perdagangan Jumat sore di Asia. Ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinyatakan positif terkena virus Corona (Covid-19).

Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent turun 2,42 persen menjadi USD 39,94 per barel.

Harga minyak mentah berjangka AS juga merosot 2,43 persen menjadi USD 37,78 per barel. Ini menjadi penurunan yang cukup besar mengekor Kamis kemarin yang turun hampir 4 persen.

Demikian pula, saham perusahaan minyak secara regional turun. Di Australia, saham Beach Energy turun 6,37 persen sementara Santos turun 5,47 persen. Di Jepang, Inpex tergelincir 3,07 persen.

Di sisi lain, Yen Jepang- yang kerap dilihat sebagai mata uang safe-haven justru menguat setelah pengumuman Donald Trump. Mata uang ini diperdagangkan pada posisi 105,17 per dolar setelah sebelumnya mengalah dari greenback, di posisi 105,66.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang sejenis, terakhir berada pada posisi  93,733 setelah menyentuh tertinggi sebelumnya 94,031. Dolar Australia merosot ke posisi USD 0,716, menyusul posisi tertinggi sebelumnya di USD 0,7189.

Pasar Asia-Pasifik rontok

Di Australia, indeks S & P / ASX 200 turun 1,39 persen ditutup menjadi 5.791,50. Data penjualan ritel Australia untuk Agustus turun 4 persen dalam basis yang disesuaikan secara musiman, menurut data dari Biro Statistik negara tersebut. Itu menyusul kenaikan 3,2 persen pada Juli.

Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,67 persen menjadi 23.029,90. Sedangkan indeks Topix tergelincir 1 persen menjadi 1.609,22.

Bursa Efek Tokyo kembali diperdagangkan pada hari Jumat menyusul penghentian perdagangan kemarin karena masalah teknis.

Indeks Straits Times Singapura turun sekitar 0,2 persen. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia kecuali Jepang turun 0,23 persen.

Pasar di China, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan dan India tutup pada hari Jumat karena hari libur.  

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya