2 Produsen Farmasi Ini Bakal Kantongi Rp 453 Triliun dari Vaksin Covid-19 di 2021

Sekarang perdebatan besar di Wall Street adalah berapa lama vaksin Covid-19 akan menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

oleh Athika Rahma diperbarui 14 Des 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2020, 08:00 WIB
Pendaftaran Vaksin Dapat Menyertakan Hasil Uji Klinisi Negara Berbeda
Ilustrasi Vaksin

Liputan6.com, Jakarta Analis Wall Street memproyeksikan produsen vaksin Pfizer dan Moderna akan mengantongi pendapatan hingga USD 32 miliar (Rp 453 triliun) dari vaksin Covid-19 pada 2021.

Raihan pendapatan ini, tanpa memperhitungkan hal baik lain yang akan diterima perusahaan-perusahaan ini dengan ikut membantu mengakhiri pandemi terburuk dalam satu abad.

Melansir laman CNN, Senin (13/12/2020), Pfizer (PFE) diproyeksikan bisa meraih pendapatan USD 19 miliar dari vaksin Covid-19 pada tahun depan, menurut Morgan Stanley. Angka itu di atas perkiraan pendapatan vaksin pada 2020 sebesar USD 975 juta.

Pfizer akan membagi pendapatan dengan BioNTech (BNTX), perusahaan Jerman yang bermitra untuk mengembangkan vaksin.

Panel penasihat FDA merekomendasikan badan tersebut memberikan otorisasi penggunaan darurat kepada kandidat vaksin yang dikembangkan. Vaksin Pfizer sudah disahkan oleh Inggris awal bulan ini.

Pfizer diperkirakan akan menerima pendapatan USD 9,3 miliar lebih banyak pada tahun 2022 dan 2023. Itu karena negara-negara di dunia terus melakukan vaksinasi, menurut proyeksi Morgan Stanley.

Meski demikian, terobosan vaksin belum memicu ledakan harga saham Pfizer karena pembuat obat tersebut sudah menjadi perusahaan besar.

Saham Pfizer hanya naik 12 persen tahun ini, lebih rendah sedikit dari kenaikan keseluruhan S&P 500 sebesar 13,5 persen.

Namun, pendapatan Pfizer yang diharapkan pada tahun 2021 akan jauh melampaui produk terlaris perusahaan dari tahun lalu: vaksin pneumonia yang menghasilkan penjualan USD 5,8 miliar.

Meskipun saham Pfizer hampir tidak bergerak, berbeda dengan saham perusahaan mitranya BioNTech yang justru melonjak. Saham perusahaan yang terdaftar di AS telah melonjak hampir 300 persen, mendorong nilai perusahaan bioteknologi Jerman itu menjadi hampir USD 30 miliar.

 

 

Saksikan Video Ini

Nilai yang Diraup Moderna

Vaksin COVID-19 Moderna
Uji coba vaksin yang dilakukan Moderna bakal melibatkan 3000 anak pada rentang usia 12-17 tahun. (AFP/Joel Saget)

Moderna sebelumnya hanya memiliki pendapatan US 60 juta pada tahun lalu. Ternyata, kandidat vaksin Covid-19 Moderna telah mengubah perusahaan yang hampir tidak dikenal itu menjadi perusahaansenilai USD 62 miliar.

Sahamnya meroket hampir 700 persen pada tahun ini. Morgan Stanley memperkirakan sekitar setengah dari nilai pasar perusahaan berasal pada vaksin. 

Moderna diperkirakan akan meraup USD 13,2 miliar dalam pendapatan vaksin Covid-19 tahun depan, menurut Goldman Sachs.

Morgan Stanley mengatakan harga saham Moderna yang meroket menyiratkan investor mengharapkan perusahaan akan menghasilkan USD 10 miliar hingga USD 15 miliar dari penjualan vaksin Covid-19 pada2021 dan 2022.

Ini adalah jumlah yang mengejutkan bagi perusahaan yang hanya menghasilkan USD 60 juta dalam penjualan pada tahun 2019 dan sebelumnya tidak pernah melisensikan suatu produk."Ini epik," kata Alan Carr, seorang analis bioteknologi di Needham.

"Ini pencapaian bersejarah dalam pengembangan obat. Untuk menggunakan teknologi baru di perusahaan yang begitu muda dan menyiapkannya tepat pada saat pandemi terburuk dalam satu abad adalah sulit untuk dibayangkan.

Sekarang perdebatan besar di Wall Street adalah berapa lama vaksin Covid-19 akan menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China?

Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya