Cetak Penjualan Rp 43 Triliun, Unilever Jaga Pertumbuhan Positif di Tengah Pandemi

Unilever Indonesia masih mampu membukukan pertumbuhan positif 1,5 persen dengan mencatatkan penjualan hingga lebih dari Rp 43 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2021, 20:36 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2021, 20:35 WIB
Direktur Utama Lama Pensiun, Ini Pimpinan Baru Unilever Indonesia
PT Unilever Indonesia Tbk akan dipimpin oleh Hemant Bakshi, warga negara India yang mengawali karier bersama Unilever di India sejak 1989.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 masih berlangsung dan terus menekan perekonomian nasional. Namun demikian Unilever Indonesia masih mampu membukukan pertumbuhan positif 1,5 persen dengan mencatatkan penjualan hingga lebih dari Rp 43 triliun, dan keuntungan bersih sebesar Rp 7,2 triliun selama 2020.

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk Ira Noviarti menyampaikan di tengah pandemi yang berkepanjangan, Unilever tetap konsisten berfokus pada tiga hal yaitu memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan, menjawab kebutuhan konsumen dan pelanggan, serta terus berkontribusi pada masyarakat Indonesia.

“Dalam menghadapi pandemi berkepanjangan ini komitmen dan optimisme Perseroan tetap kuat dan berorientasi pada masa depan. Kami yakin bahwa tahun 2021 merupakan tahun pemulihan dan, dengan memperkuat daya saing di lintas kategori serta kanal penjualan, Perseroan berada di jalur yang tepat untuk tetap menjadi yang terdepan di saat ini dan masa mendatang,” tutur Ira melalui keterangan tertulis di Jakarta Kamis (4/2/2021).

Ira menambahkan, pada kuartal IV 2020, Perseroan meluncurkan berbagai inovasi yang relevan untuk menjawab kebutuhan konsumen di tengah pandemi saat ini. Misalnya penempatan kandungan garam Iodium pada produk penyedap rasa sejalan dengan saran peningkatan konsumsi garam iodium yang terus digencarkan otoritas Kesehatan nasional dan global.

Strategi penguatan portfolio juga menjadi andalan Perseroan, khususnya kecepatan membaca kebutuhan konsumen rumah tangga terhadap produk yang berkualitas di tingkatan harga yang tepat misalnya produk Sahaja yang kini tersedia dengan kemasan yang lebih terjangkau. Selain itu demi mendukung Kesehatan masyarakat khususnya sistem imun, nilai kearifan lokal juga terus dibawa emiten kapitalisasi besar ini, misalnya melalui penggunaan rempah asli Indonesia yakni Jahe dan Kunyit lewat Merek Sariwangi yang terbukti disambut antusias oleh masyarakat.

“Semua inovasi dieksekusi dengan baik dalam waktu yang sangat singkat di masa pandemi yang penuh tantangan lapangan, membuktikan bahwa Perseroan memiliki proses hulu ke hilir yang kuat dan siap menghadapi tantangan,” tambah Ira.

Unilever terus berkomitmen menyediakan produk dan juga layanan yang memudahkan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, untuk mengakses berbagai produk dengan lebih mudah, aman, nyaman. Misal, di tengah pandemi, membuka pembelian secara daring untuk kemudian dikirimkan langsung ke rumah. Hal itu sebagai wujud komitmen Unilever untuk memberi kemudahan kepada masyarakat sekaligus menjaga daya beli.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tantangan Luar Biasa

Mengintip Aktivitas Pekerja Pabrik Baterai di China
Karyawan saat bekerja di pabrik baterai di Huaibei, China (6/3). Industri metalurgi, permesinan, elektronik, dan makanan telah menghasilkan lebih dari 100 jenis produk yang telah mencapai atau mendekati level nasional atau internasional. (AFP Photo/STR)

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Dr. Piter R Abdullah menilai, pandemi Covid-19 membuat semua perusahaan menghadapi tantangan luar biasa. Mereka yang mampu bertahan, tetap tumbuh, boleh jadi telah menerapkan strategi tepat.

Seperti diketahui Unilever tetap tumbuh meski dilanda berbagai tantangan selama pandemi. Bisnis Unilever tetap mampu tumbuh ditengah makro ekonomi tahun 2020 yang sangat menantang, dimana mengacu pada rilis Badan Pusat Statistik pada 15 Januari 2021 lalu yakni kinerja ekspor -2.61 persen, impor -17.34 persen dan defisit PBD mencapai 6,09 persen.

"Dalam jangka panjang industri makanan minuman masih akan terus tumbuh karena menyangkut kebutuhan utama masyarakat. Tahun ini saya perkirakan industri mamin akan sedikit lebih baik dibandingkan tahun lalu seiring harapan pandemi akan mulai mereda," ujar Piter.

Dijelaskan Piter, ditengah pandemi saat ini tidak banyak pilihan strategi yang dimiliki oleh perusahaan, termasuk perusahaan di bidang FMCG. Tekanan yang dialami dunia usaha terutama dikarenakan turunnya demand yang terjadi karena adanya pandemi.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, agar kinerja bisa tetap terjaga, saat ini perusahaan bisa fokus efesiensi biaya terlebih dahulu dan memanfaatkan media daring dalam melakukan penjualan atau bisa diversifikasi produk jika diperlukan. Sehingga tetap diminati konsumen.

"Kinerja sektor FMCG seperti Unilever dalam jangka panjang tetap positif karena selain target pasarnya besar, kontribusi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ekonomi juga tinggi. Dan saat ini seharusnya menjadi kesempatan untuk masuk. Karena ketika pendemi selesai, tingkat konsumsi mulai normal disitu kita tinggal merasakan kenaikan dari kinerja perusahaan," ucap Sukarno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya