Bunga Deposito Anjlok, Kelas Menengah Pilih Investasi Saham dan Obligasi

Selama pandemi Covid-19, suku bunga deposito di perbankan turun dengan cepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2021, 15:00 WIB
[Fimela] Investasi
Ilustrasi Investasi | unsplash.com/@firmbee

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, suku bunga deposito di perbankan turun dengan cepat. Akibatnya masyarakat kelas menengah mulai beralih pada instrumen investasi yang lain, salah satunya beralih ke saham ritel.

"Sekarang ini karena suku bunga (deposito) rendah, yang menengah atas ini mencari investasi yang returnnya lebih tinggi," kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial, Juda Agung dalam Taklimat Media: Kebijakan LTV dan Uang Muka KKB, Jakarta, Senin (22/2).

Juda mengatakan, saat ini suku bunga untuk deposito perbankan sekitar 2 persen. Tak heran masyarakat mencari instrumen lain untuk berinvestasi.

Pilihan instrumen tersebut jatuh pada kepemilikan saham. Pangsa kepemilikan saham investor ritel sampai akhir tahun menunjukkan peningkatan. Tercatat 82,4 persen pangsa saham ritel nominalnya kurang dari Rp 10 juta. Ini berbanding terbalik dengan deposito yang mengalami penurunan sepanjang tahun 2020.

"Pangsa kepemilikan saham investor ritel terus naik didorong kelompok rumah tangga menengah atau seiring dengan penurunan suku bunga deposito," kata dia.

Emas juga masih menjadi pilihan investasi bagi kaum perempuan yang konservatif. Reten emas dinilai masih cukup tinggi. "Emas kalau ibu-ibu konservatif, retennya juga masih tinggi," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Surat Utang Negara

[Fimela] Investasi
Ilustrasi investasi | unsplash.com/@precondo

Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia, instrumen investasi lain yang diminati investor yakni reksadana dan obligasi. Minat masyarakat terhadap Surat Utang Negara (SBN) ini didorong kemampuan SBN yang diperjualbelikan dan adanya peningkatan harga di pasar sekunder.

"Reksadana masih 12 persen dan ini emmang yang mulai sofiestik ini," kata dia.

Dia menambahkan, kepemilikan aset juga mengalami peningkatan. Pun dengan tabungan perseorangan yang terus meningkat sepanjang tahun 2020. Bahkan kepemilikan tabungan di atas Rp 2 miliar naik 21,27 persen dan tabungan Rp 100 juta - Rp 200 juta naik 12,27 persen.

"Tabungan yang di atas Rp 100 juta dan Rp 2 miliar ini meningkat selama tahun 2020. Mereka ini mencari outlet penempatan dengan return yang lebih tinggi," kata dia mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya