Begini Ternyata Asal Muasal Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi

Sebelum membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI), Presiden Jokowi terlebih dahulu menanyakan mengenai pentingnya lembaga tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2021, 13:30 WIB
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berbicara hubungan Jokowi dan Prabowo di kediamannya, di Jakarta, Kamis (30/5/2019). (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bercerita mengenai pembentukan dana abadi Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Menurutnya sebelum membentuk SWF, Presiden Jokowi terlebih dahulu menanyakan mengenai pentingnya lembaga tersebut.

"Ini sejarahnya dulu, dulu Pak Presiden tanya saya, Juli. Presiden itu hebat, dan mau mendengar masukan. Beliau tanya SWF itu apa, karena banyak negara sudah punya," ujar Menko Luhut dalam diskusi daring, Jakarta, Kamis (25/2).

Menko Luhut pun menjelaskan kepada Presiden Jokowi usai mendapatkan paparan dari para anak muda sebelum pertemuan dengan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

"Waktu ini Presiden Jokowi tanya saya, ada pertemuan dengan crown prince [UEA]. Beliau mau mendengar masukan [untuk dibahas bersama Putra Mahkota]. Saya katakan ini ada SWF, saya bilang ke Presiden saya juga baru tahu Pak. Ternyata sudah banyak negara punya," katanya.

Dia melanjutkan, SWF bisa menjadi mesin pendorong pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia. Hal ini kemudian dibawa dalam pertemuan dengan Putra Mahkota UEA.

"[SWF] inmenjadi engine of growth kita. Kita bisa backdoor listing, lalu ada master fund dan tematic fund. Presiden bicara ke crown prince, dan ternyata UAE leading di hal ini. ADIA [SWF dari UEA] bantu kita," kata Menko Luhut.

ADIA atau Abu Dhabi Investment Authority merupakan dana abadi milik pemerintah UEA. Sementara itu, komitmen juga datang dari International Development Finance Corporation (IDFC) asal Amerika Serikat (AS).

"Finalnya diskusi yang panjang dengan ADIA. Presiden juga ditunjuk dewas (dewan pengawas) pemerintah keuangan dan BUMN lainnya independent. Sekarang komitmen USD 9,5 juta belum masuk ke mana mana," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

LPI Jadi Alternatif Bangun Infrastruktur Tanpa Utang

Progres Pembangunan Tol Serpong - Cinere
Suasana pembangunan jalan Tol Serpong-Cinere di Tangerang Selatan, Banten, (17/2/2021). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) mengungkapkan progres konstruksi jalan Tol Serpong-Cinere tersebut sudah mencapai 92,81 persen. Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) bertujuan untuk mempercepat pembangunan yang berkelanjutan. Dengan begitu, pembangunan khususnya infrastruktur bisa dilakukan tanpa mengandalkan utang.

"Mengapa kami membuat institusi baru ini? Karena Indonesia tidak bisa terus membangun hanya melalui pembiayaan yang berasal dari leverage atau utang," ujarnya dalam Webina LPEM UI, Kamis (18/2/2021).

Bendahara Negara itu meyakini, lembaga seperti INA bisa meningkatkan dan mengoptimalkan nilai aset negara secara jangka panjang dan menyediakan alternatif pembiayaan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pembiayaan dari investor ini tidak dengan utang tapi kerjasama.

"Harus ada instrumen dan lembaga, yang memungkinkan kesempatan untuk mendukung modal, dengan cara yang berbeda, yaitu dalam pembiayaan ekuitas," jelasnya.

Pemerintah sendiri telah memiliki pengalaman dalam penerbitan divestasi melalui IPO namun masih terbatas. Sehingga butuh kebijakan lainnya untuk terus melanjutkan pembangunan tanpa utang.

"Jadi sovereign wealth fund, Otoritas Investasi Indonesia (INA) merupakan salah satu upaya pemerintah agar kami dapat menarik lebih banyak investasi dari swasta dan asing untuk bermitra dengan kami melalui pembiayaan ekuitas," jelasnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya