Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi langkah inisiatif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan vaksinasi untuk lansia bagi industri keuangan nonbank. Proses vaksinasi ini sendiri diikuti oleh empat industri keuangan nonbank, diantaranya Allianz, Central Asia Raya, Manulife, dan Prudential
"Buat Bapak Ibu ini saya minta tolong karena ini pemanasan. Artinya apa? karena kita mengejar lansia dan guru memang sampai Juni. Jadi kalau Bapak Ibu bisa bantu nanti kita akan bantu vaksinasi," kata Menkes Budi saat meninjau proses vaksinasi, Selasa (27/4).
Baca Juga
Menkes Budi berharap para industri keuangan nonbank ini dapat turut membantu membantu proses vaksinasi yang sedang dilakukan pemerintah. Di mana pemerintah sendiri menginginkan sebanyak 181,5 juta orang divaksin untuk mencapai kekebalan tubuh.
Advertisement
"Jadi saya need your support karena saya percaya Allianz, Central Asia Raya, Manulife dan Prudential itu punya princess everywhere di Indonesia. Nah If you can help bikin sentra-sentra vaksinasi in every branchez dari perusahaan Bapak Ibu," pintanya.
Mantan Wakil Menteri BUMN itu meminta agar para industri keuangan non bank ini mengajak seluruh agen dan customernya untuk malakukan vaksinasi. Paling tidak, mereka bisa menawarkan asuransi dengan tambahan vaksin.
"Kita bisa undang semua agennya tapi mungkin satu agen bawa 5-10 gitu sekalian ya kan, nanti ada jasa tambahan asuransi plus vaksin kira-kira seperti itu," jelasnya.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia Duduki Peringkat ke-9 Dunia soal Vaksinasi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia saat ini berdiri di posisi 9 negara dengan jumlah vaksinasi Covid-19 tertinggi di dunia.
Tercatat sebanyak 17 warga negara Indonesia (WNI) telah divaksin, dimana sekitar 6,05 juta di antaranya telah menerima dua kali suntikan.
Dengan begitu, Indonesia bertengger di rangking 9 di bawah Amerika Serikat (AS), China, India, Inggris, Brazil, Jerman, Turki, dan Perancis.
"Indonesia masuk dalam ranking 9 dari total jumlah vaksinasi terhadap seluruh penduduknya," kata Sri Mulyani dari konferensi pers virtual APBN Kita, Kamis (22/4/2021).
Namun begitu, Sri Mulyani sedikit menyayangkan angka vaksinasi harian di Indonesia yang mengalami penurunan dibandingkan akhir Maret atau awal April 2021 lalu. "Kita perlu tingkatkan vaksinasi agar bisa mengejar herd immunity," serunya.
Selain itu, dia juga mewaspadai lonjakan kasus positif batu Covid-19 secara global yang sangat tinggi. Itu disumbangkan oleh India,. Yang secara kasus positif harian saat ini bisa mencapai angka 300 ribu.
Beberapa negara lain seperti Turki dan Brazil juga kasus hariannya masih tinggi. Namun, Sri Mulyani bersyukur lantaran Indonesia bisa menjaga kenaikan kasus positif Covid-19 di bawah angka 6.000 per hari.
"Untuk beberapa saat bahkan kita sempat di bawah 5.000 (kasus). Ini situasi baik, dan harus kita pertahankan dan jaga bersama, sehingga akan menentukan momentum kegiatan ekonomi bisa terjaga saat Covid-19 dikendalikan," imbuh Sri Mulyani.Â
Advertisement
Jangan Lengah, Sri Mulyani Tak Ingin Kasus Covid-19 RI Melonjak Tajam Seperti India
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, kasus aktif Covid-19 di Tanah Air sudah mengalami penurunan. Di mana rata-rata kasus aktif harian hingga 20 April 2021 hanya mencapai 5.332 kasus.
"Indonesia kasus kita justru mengalami kelandaian atau paling tidak konstan. Jadi ini adalah situasi yang sangat baik itu Indonesia dan harus kita pertahankan harus kita jaga," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (22/4).
Bendahara Negara itu mengatakan, pengendalian Covid-19 sangat menentukan apakah momentum pemulihan ekonomi bisa terjadi atau tidak. Sebab, ekonomi bisa terjaga jika Covid-19 bisa dikendalikan.
"Tes harian dalam gerakan kenaikan, dalam 2 bulan terakhir ini juga menunjukkan dari sisi kasus kumulatifnya kasus kematian kasus aktif dan kasus sembuhnya kalau dibandingkan dengan kondisi seluruh dunia kita dalam posisi yang relatif cukup baik," jelas Sri Mulyani.
Dia mencontohkan, kasus lonjakan besar terjadi di India yakni mencapai sebesar 300 ribu kasus per hari. Negara produsen vaksin itu sempat mengalami penurunan pada akhir Desember lalu, namun kembali melonjak tajam karena terlalu cepat membuka seluruh sektor-sektor kegiatan ekonomi.
"Jadi ini adalah suatu tingkat yang sangat alarm. Demikian juga masih di beberapa negara yang lain seperti Amerika Serikat yang menjadi penyumbang juga Turki berhasil dari sisi jumlah kasus per harinya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi," jelas Sri Mulyani.
Di sisi lain, Sri Mulyani menjamin aktivitas vaksinasi terus dilakukan meskipun adanya kenaikan kasus di India. Kenaikan kasus di India sendiri memang memberikan pengaruh terhadap pembatasan vaksin, termasuk juga ke Indonesia.
"Karena kita juga menggunakan AntraZaneca menjadi tertahan karena India tidak melakukan ekspor vaksin pada saat mereka menghadapi kondisi yang sangat luar biasa di dalam negeri," jelasnya.Â