Negaranya Diterjang Badai Covid-19, Taipan hingga Kelas Menengah India Ramai-ramai Kabur Pakai Jet Pribadi

Para taipan dan bintang Bollywood termasuk di antara penduduk yang melarikan diri dari India dengan jet pribadi saat krisis virus corona meningkat disana.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 18:00 WIB
Kasus Covid-19 di India Lampaui Lima Juta
Sejumlah pria mengenakan masker berjalan melewati bendera nasional India di New Delhi (16/9/2020). Total kasus Covid-19 di India melampaui lima juta pada 16 September, data kementerian kesehatan menunjukkan Pandemi meluas cengkeramannya di negara tersebut. (AFP/Sajjad Hussan)

Liputan6.com, Jakarta Para taipan dan bintang Bollywood diketahui ramai-ramai meninggalkan negaranya dengan jet pribadi saat krisis virus corona covid-19 meningkat di India.

Tetapi, mengutip CNBC, Jumat (7/5/2021), mereka bukanlah satu-satunya, menurut perusahaan penyewaan jet pribadi bernama JetSetGo.

Situasi di India telah menjadi begitu mengerikan sehingga mendorong keluarga kelas menengah ke atas mengumpulkan sumber dayanya untuk ikut melarikan diri, kata salah satu pendiri dan CEO Kanika Tekriwal kepada “Street Signs Asia” yang disiarkan CNBC.

Negara dia Asia Selatan, yang tengah berjuang melawan lonjakan virus ini mencatat 412.262 kasus baru pada Kamis kemarin. Ini menjadikan total beban kasusnya menjadi lebih dari 28 juta.

"Mengatakan bahwa hanya orang kaya India yang meninggalkan India dengan jet pribadi adalah salah," kata Tekriwal.

“Dalam 10 hari terakhir, apa yang benar-benar kami lihat adalah siapa saja yang dapat mengumpulkan sumber daya dan sarana untuk mengumpulkan uang untuk jet pribadi, atau mengumpulkan uang hanya untuk keluar dari negara, (mereka) keluar,” jelasnya.

Saksikan Video Ini

Lonjakan pemesanan hingga 900 Persen

Berbuka puasa di dalam Jet pribadi
Perusahaan berbasis di Dubai, Jetex menawarkan berbuka puasa di jet pribadi di Dubai (Dok.instagram/@jetex/https://www.instagram.com/p/CLqueMVhA4i/Komarudin)

Tekriwal mengatakan JetSetGo mencatat terjadi lonjakan pemesanan hingga 900 persen dalam beberapa minggu terakhir. Di mana, sekitar 70 persen hingga 80 persen berasal dari kelas menengah atas, alih-alih pelanggan reguler mereka yang sangat kaya. 

Mayoritas dari mereka melarikan diri ke Maladewa, yang saat ini menawarkan karantina di resor terpencil untuk penumpang yang datang dari India, atau Dubai, yang memungkinkan masuk dari tujuan bisnis.

“Mereka hanyalah orang-orang yang mengumpulkan uang untuk keluar dari negara ini. Saya pikir merekalah yang paling takut pada Covid karena mereka bukan orang yang sangat kaya atau paling mudah dijangkau perawatan medis," katanya.

JetSetGo belum menaikkan tarifnya sebagai tanggapan atas lonjakan permintaan, Tekriwal mengatakan: "Itu akan menjadi oportunistis dan salah."

Dengan harga USD 18.000 hingga US$ 20.000 untuk jet delapan tempat duduk ke Maladewa atau USD 31.000 untuk jet enam tempat duduk ke Dubai, perjalanan itu tidak bisa dibilang murah.

Bahkan, untuk kelas menengah atas India yang berpenghasilan sekitar USD 15.000 per tahun.

Namun, Tekriwal mengatakan situasinya menjadi sangat tidak terkendali sehingga, dalam beberapa kasus, harga penerbangan jet pribadi bisa lebih rendah dari biaya rawat inap. "Biaya rawat inap memakan dana sekitar USD 2.500 semalam," katanya. 

"Itu yang terjadi di kamar rumah sakit. Jadi meskipun Anda memiliki dua anggota keluarga di rumah sakit selama 14 hari, Anda melihat harga dua kali lipat untuk terbang ke Dubai,” tambahnya.

“Itulah yang sebagian besar pelanggan saya katakan kepada saya: 'Kami baik-baik saja dengan menghabiskan enam bulan gaji atau tabungan kami untuk melarikan diri dari negara daripada berada di setengah ranjang rumah sakit dan tidak tahu berapa banyak yang akan kami bayarkan atau apakah kami bahkan akan mendapatkan tempat tidur rumah sakit,” jelas Tekriwal.

Tidak menjamin lepas dari virus

virus corona covid-19
ilustrasi virus corona covid-19/photo copyright by Shutterstock

Tekriwal menambahkan, penumpang yang dinyatakan positif Covid-19 tidak dapat diterima dalam penerbangan regulernya. Namun, perusahaan menawarkan layanan ambulans udara domestik dan internasional yang terpisah. Tetap saja, jet pribadi tidak menjamin lepas dari virus.

Meskipun memberlakukan langkah-langkah keamanan baru sejak Maret lalu, termasuk pengujian wajib, sanitasi pesawat secara teratur, dan tidak ada interaksi antara penumpang dan awak, Tekriwal mengatakan 30 persen stafnya terus dinyatakan positif terkena virus.

“Yang paling menyakitkan bagi saya adalah tim-tim ini masuk, keluar, bekerja dengan orang-orang untuk membawa mereka dari titik A ke titik B dengan aman. Dan ketika mereka dites positif, mereka membawa virus itu ke rumah mereka, ke anak-anak mereka, dan ke orang tua mereka, yang cukup mengganggu," tutupnya.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya