Tersertifikasi SNI, Ini Sederet Keuntungan yang Didapat Industri Masker

BSN mendorong para pelaku usaha di industri masker untuk memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI).

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 09:00 WIB
Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Standardisasi Nasional (BSN) mendorong para pelaku usaha di industri masker untuk memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini penting, karena masker saat ini merupakan produk vital yang setiap hari dipakai oleh masyarakat untuk mencegah diri dan orang lain agar terhindar virus covid-19.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN Zakiyah pada webinar Masker Kita, Melindungi Kita dan Mereka.

“Dengan berstandar SNI, kualitas menjadi lebih terjamin bagi konsumen. Bagi produsen sendiri akan lebih memudahkan proses produksinya, lebih tertata dan ke depan jelas arah pengembangannya,” kata  

Zakiyah menambahkan, saat ini BSN bahkan juga telah mensertifikasi lembaga-lembaga pengujian. Hal itu dilakukan demi memastikan agar masker yang didistribusikan ke masyarakat benar-benar sesuai SNI.

“Kita mengapresiasi para pelaku usaha di industri ini yang telah berstandar SNI, kita berharap ke depan akan lebih banyak lagi,” ujar Zakiyah.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, meskipun saat ini kasus positif covid-19 melandai, pihaknya mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Salah satu upaya terpentingnya yakni selalu mengenakan masker dengan baik dan benar.

“Meskipun sudah vaksin, prokes harus tetap jalan. Gunakan masker secara benar karena masker berperan penting untuk mencegah Covid-19,” katanya.

Nadia menjelaskan, saat ini Indonesia dan dunia dilanda berbagai macam varian Covid-19. Mulai dari Varian Delta, hingga Varian Mu, Lambda dan C.1.2.

“Cara mencegah penularan Covid-19 adalah dengan mematuhi protokol kesehatan, salah satunya mengenakan masker yang memiliki izin edar dari Kemenkes, atau yang berstandar SNI,” tuturnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dipastikan Aman

Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Koordinator Kelompok Substansi Pengembangan Standar Kesehatan BSN, Agus Purnawarman, menambahkan, ada banyak keuntungan yang didapat bagi pelaku usaha masker dalam mensertifikasi produknya dengan SNI. Selain dipastikan aman, andal, dan berkualitas, produsen juga terbantu untuk mengefisiensikan biaya dan meningkatkan produktivitas.

“Selain itu juga membantu perusahaan untuk mengakses pasar baru dan memfasilitasi perdagangan yang adil,” jelas Agus.

Agus juga mengatakan, proses perumusan SNI secara umum tidaklah memakan waktu yang cukup lama. Untuk jalur normal, lanjutnya, memang membutuhkan waktu kurang lebih 13 bulan. Namun untuk keperluan mendesak, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 4 bulan.

Agus menjelaskan, dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi SNI, sebuah produk masker medis harus lolos 4 tahap pengujian. Pertama, bacterial filtration efficiency (BFE), breathabilitiy (kemudahan bernapas), ketahanan terhadap percikan, dan kebersihan microbial (bioburden).

Keempat kriteria ini nantinya yang akan digunakan untuk membedakan jenis-jenis masker medis, mulai dari Tipe I, Tipe II hingga Tipe IIR. Agus mencontohkan, masker medis Tipe I haruslah memiliki tingkat filtrasi sebesar 95%, sedangkan Tipe II dan Tipe IIR sebesar 98 persen.

“Ini berbeda dalam hal ketahanan percikan, dimana Tipe I dan Tipe II tidak perlu. Adapun Tipe IIR harus tahan terhadap percikan, minimal 16 kPa. Jika semua lolos uji maka produk tersebut akan mendapatkan sertifikat SNI EN 14683:2019+AC:2019,” jelasnya.

 

Produsen Percaya Diri

Sementara itu, Vice President PT Maesindo Indonesia Widhi Hastomo mengatakan, sebagai salah satu produsen masker yang telah bersertifikat SNI banyak keuntungan yang didapat.

“Pertama, kami jadi memiliki KPI (key performance indicator) yang jelas, manajemen lebih tertata dan percaya diri karena produk yang sudah ada label SNI-nya,” ujar lelaki yang akrab disapa Tommy ini.

Tommy mengakui, selama 26 tahun berkiprah di industri alat kesehatan dan telah berhasil mengekspor masker dan alat kesehatan lainnya ke sejumlah 54 negara, pihaknya relatif mudah mendapatkan sertifikat SNI. Terutama karena selama ini produknya juga telah mengantongi sertifikasi standar internasional.

Sebelum pandemi covid-19 melanda, produsen masker Jito, Solida, Med99 dan M-i ini memang berorientasi ekspor. Namun, ketika pandemi melanda, pihaknya mulai merambah pasar domestik.

“Sejak itu masker menjadi basic need, sehingga apa pun yang menjadi aturan pemerintah yang menjamin agar produk kami memiliki tanggung jawab ke publik akan kami penuhi, salah satunya dengan mendapatkan sertifikasi SNI,” urainya.

Sebagai produsen yang memproduksi masker Jito untuk masyarakat umum dan masker Solida, M-i dan Med99 untuk tenaga kesehatan, kata Tommy, pihaknya sangat peduli terhadap kandungan lokal atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Dari sekian komponen pembuatan masker medis, hanya sebagian kecil yang masih mengambil dari luar negeri.

“Kami adalah produsen hulu sekaligus hilir. Bahan-bahan kami fabrikasi sendiri. Hanya material bijih plastik yang masih impor, sisanya merupakan produksi dalam negeri,” tuturnya.

Maesindo, lanjut Tommy, juga sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan dengan memproduksi masker biodegradable atau masker dengan bahan yang bersifat mudah terurai.  Masker ini mampu terurai dengan cepat di alam karena telah melalui treatment dan development secara khusus.

“Upaya memproduksi masker ramah lingkungan ini merupakan satu bentuk ikhtiar kami untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung program pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs),” kata Tommy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya