Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun dari posisi tertinggi dalam satu tahun pada perdagangan Senin. Penurunan ini karena produksi industri AS pada September turun sehingga meredam antusiasme di awal bahwa akan ada kenaikan permintaan.
Produksi di pabrik-pabrik AS turun paling tajam dalam tujuh bulan pada September karena kekurangan semikonduktor sehingga menekan produksi kendaraan bermotor. Hal ini menjadi bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Pasar minyak dimulai dengan banyak kegembiraan, tetapi data yang lemah pada produksi industri AS menyebabkan orang kehilangan kepercayaan terhadap permintaan, dan China juga merilis data yang meningkatkan kekhawatiran itu," kata analis senior Price Futures Group New York, Phil Flynn.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (19/10/2021), harga minyak mentah berjangka Brent turun 62 sen atau 0,7 persen menjadi USD 82,26 per barel setelah mencapai USD 86,04, tertinggi sejak Oktober 2018.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 12 sen, atau 0,1 persen menjadi USD 82,40 per barel, setelah mencapai USD 83,87, tertinggi sejak Oktober 2014.
Kedua kontrak naik setidaknya 3 persen pada perdagangan minggu lalu.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Produksi AS
Data industri yang lebih lemah diperparah oleh meningkatnya ekspektasi produksi minyak. Hal ini semakin membebani sentimen harga minyak.
Produksi minyak AS diperkirakan akan meningkat pada November, menurut laporan bulanan pada hari Senin.
Administrasi Informasi Energi mengatakan bahwa produksi minyak dari cekungan Texas dan New Mexico diperkirakan akan naik 62.000 barel per hari (bph) menjadi 4,8 juta barel per hari bulan depan.
Total produksi minyak dari tujuh formasi sumur utama diperkirakan akan naik 76.000 barel per hari menjadi 8,29 juta barel per hari di bulan tersebut.
Advertisement