Harga Minyak Mentah Melonjak karena Arab Saudi Menolak Menambah Pasokan

Badan Energi Internasional mengatakan bahwa permintaan minyak akan melonjak setengah juta barel per hari karena sektor listrik beralih dari gas alam.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Okt 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Kamis setelah produsen minyak utama Arab Saudi menolak seruan dari OPEC+ untuk menambah pasokan.

Selain itu, kenaikan harga minyak mentah juga terjadi setelah Badan Energi Internasional mengatakan bahwa lonjakan harga gas alam akan dapat meningkatkan permintaan minyak untuk pembangkit listrik.

Namun, kenaikan harga minyak tak terlalu besar karena data persediaan minyak mentah AS naik lebih dari yang diantisipasi karena penyulingan memangkas produksi dalam periode yang umumnya lebih lambat untuk fasilitas tersebut.

Mengutip CNBC, Jumat (15/10/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik 57 sen atau 0,7 persen menjadi USD 83,76 per barel setelah mencapai sesi tertinggi di USD 84,50 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 52 sen menjadi USD 80,96 per barel.

Stok minyak mentah AS naik secara mengejutkan yaitu 6 juta barel. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan kenaikan para analis yang di angka 702.000 barel. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.

“Kenaikan berkelanjutan dalam produksi minyak domestik AS menarik harga sedikit turun. Ini akan mengurangi beberapa tekanan di pasar,” kata analis Again Capital LLC New York, John Kilduff.

Badan Energi Internasional mengatakan bahwa permintaan minyak akan melonjak setengah juta barel per hari (bph) karena sektor listrik dan industri berat beralih dari gas alam. Badan Energi Internasional memperingatkan bahwa krisis energi dapat memicu inflasi dan memperlambat pemulihan ekonomi dunia dari pandemi.

Dalam laporan bulanann, Badan Energi Internasional meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2022 sebesar 210.000 barel per hari, dan sekarang memperkirakan total permintaan minyak pada 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari, sedikit di atas kondisi sebelum pandemi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Arab Saudi

ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Arab Saudi menolak seruan untuk peningkatan produksi tambahan OPEC+, dengan mengatakan penghentian pengurangan produksi kelompok itu melindungi pasar minyak dari perubahan harga liar yang terlihat di pasar gas alam dan batu bara.

Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari per bulan.

OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, telah melakukan pekerjaan luar biasa sebagai pengatur pasar minyak, kata menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah forum di Moskow.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya