Makan di Restoran atau Masak Sendiri, Warga AS Harus Bayar Makanan Lebih Mahal

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengungkapkan, harga makanan di restoran AS melonjak 5,8 persen selama 12 bulan hingga November 202.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Des 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi Supermarket
Ilustrasi Supermarket (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Warga negara Amerika Serikat harus membeli harga makanan lebih mahal seiring kenaikan harga pangan di negaranya. Saat ini, membeli makan di luar bagi warga AS semakin mahal, demikian pula untuk memmasak di rumah.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengungkapkan, harga makanan di restoran AS melonjak 5,8 persen selama 12 bulan hingga November 202.

Melansir laman CNN Business, Senin (13/12/2021), kenaikan harga makanan ini disebut-sebut merupakan kenaikan harga tahunan terbesar sejak Januari 1982.

Dan sayangnya bagi mereka yang berharap untuk membatasi pengeluaran dengan beralih ke masakan rumah, harga bahan makanan juga mencapai rekor tertinggi.

Harga bahan pangan AS kini melonjak 6,4 persen, mencapai kenaikan 12 bulan terbesar sejak Desember 2008.

Harga daging sapi tercatat yang naik melonjak hingga 20,9 persen. Peningkatan tajam ini menggarisbawahi kondisi bahwa restoran dan pembuat makanan tidak kebal terhadap rantai pasokan dan tekanan tenaga kerja yang berkontribusi terhadap kenaikan harga secara keseluruhan.

Namun, beberapa konsumen di AS juga bersedia untuk menghabiskan uang lebih banyak untuk makan.

Faktanya, restoran telah menaikkan harga karena biaya bahan makanan dan tenaga kerja mereka sendiri meningkat, dan sejauh ini, kata mereka, konsumen telah menerima kenaikan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Menu di McDonald's AS Naik 6 Persen

McDonald Indonesia Tutup Seluruh Layanan Makan di Tempat Per 1 April
Ilustrasi McDonald's. (dok. Foto Thabang Mokoena/Unsplash)

Pengelola restoran McDonald's (MCD) di AS mengakui jika harga menu makanannya sekitar 6 persen lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Namun kenaikan harga ini diklaim masih diterima konsumen. "Kenaikan harga diterima dengan cukup baik oleh pelanggan," kata CEO McDonald's, Chris Kempczinski pada Oktober 2021.

Di luar restoran, produsen makanan dan pedagang grosir AS menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk komoditas, tenaga kerja, dan transportasi.

Biaya tersebut telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Harga yang tinggi di toko kelontong AS juga diprediksi akan bertahan hingga tahun depan.

Produsen besar seperti Kraft Heinz (KHC) dan Mondelez (MDLZ) telah mengatakan bahwa mereka berencana untuk menaikkan harga untuk pelanggan ritel pada awal 2022.

Hal itu memungkinkan perusahaan untuk menarik kembali atau menghilangkan diskon, karena permintaan kuat dan mereka tidak ingin kehabisan, dtiambah lagi dengan persediaan yang terbatas.


Harga Sayur dan Daging di AS Naik Lebih dari 2 Persen

Ilustrasi Supermarket
Ilustrasi Supermarket (pixabay.com)

Sementara beberapa harga makanan di AS tetap datar atau bahkan turun dari Oktober hingga November 2021.

Adapun harga bahan-bahan makanan barang-barang lainnya yang menjadi lebih mahal pada periode tersebut, menurut indeks harga konsumen.

Harga selada di AS naik 6,9 persen dan buah segar naik 2,2 persen berdasarkan penyesuaian musiman.

Jeruk, termasuk jeruk keprok, naik 2,4 persen. Di ujung spektrum yang berlawanan, harga makanan ringan seperti kue, dan kopi segar dan donat melonjak 3,5 persen.

Harga daging di AS juga terus naik: harga daging babi naik 2,2 persen, sosis naik 2,7 persen dan hot dog 2,8 persen. Sementara harga daging babi panggang, steak, dan iga naik 3,7 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya