Prediksi Harga Emas Pekan Ini, Naik atau Turun?

Analis memprediksi minggu ini akan menjadi penentuan apakah harga emas akan melonjak tinggi lagi atau tidak.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Jan 2022, 07:57 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2022, 06:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik
Ilustrasi Harga Emas Naik

Liputan6.com, Jakarta Harga emas tembus di atas USD 1.830 per troy ons pekan lalu. Analis memprediksi minggu ini akan menjadi penentuan apakah harga emas akan melonjak tinggi lagi atau tidak. Hal itu tergantung dengan pengaruh kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Ahli strategi pasar senior RJO Futures Frank Cholly mengatakan kepada Kitco News, harga emas pada minggu ini menjadi pertanyaan, apakah akan naik dikisaran USD 1.900 atau malah turun atau tetap dikisaran USD 1.830 sama seperti minggu lalu.

"Kami memiliki dasar emas. Pertanyaannya adalah, apakah kita akan turun dan tetap menyamping atau naik menuju USD 1.900. Logam mulia membutuhkan penutupan lagi di atas USD 1.830. Sangat penting untuk mempertahankan level itu sebelum bergerak di atas USD 1.850,” kata Cholly, dikutip dari Kitco News, Minggu (23/1/2022).

Sementara itu, Analis pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman, menyebut pasar emas telah bergerak sideways atau tetap selama beberapa bulan. Menurutnya, memasuki minggu lalu, sentimen di pasar emas sangat negatif.

“Banyak bank besar yang memproyeksikan harga emas akan turun. Ini akhirnya menguntungkan emas karena sentimen negatif membuat kami berbalik arah," kata Millman.

Selain itu, kenaikan harga minyak dan permintaan ritel yang kuat telah berkontribusi pada tingkat harga emas yang lebih tinggi.

"Minyak yang lebih tinggi membuat lebih mahal untuk mengeluarkan emas dari tanah. Kita bisa melihat kendala dalam pasokan emas yang ditambang. Ditambah lagi, permintaan emas yang sebenarnya masih kuat. Mint AS melihat penjualan emas tertinggi dalam 12 tahun, sedangkan Perth Mint mencapai level tertinggi dalam 10 tahun. Rata-rata investor ritel masih membeli emas dengan laju tercepat dalam sepuluh tahun,” tambah Millman.

Semua mata tertuju pada bagaimana pasar akan bereaksi terhadap pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, yang dijadwalkan pada hari Rabu. Cholly memperkirakan untuk melihat aksi jual yang lebih curam di ekuitas AS karena bank sentral mempertahankan tingkat hawkish yang sama.

"Kita bisa melalui koreksi yang lebih berarti di ekuitas. Kita akan memiliki lebih banyak bukti tentang arah Fed. Dan pasar saham suka membuat ulah untuk mendapatkan perhatian The Fed. Minggu depan (Minggu ini), kekuatan emas akan bergantung pada ekuitas yang bergerak lebih rendah dan realokasi. uang menjadi logam mulia. Perak bahkan bisa menjadi pemimpin saat kita bergerak maju,” jelas Cholly.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bisa Tembus USD 1.900

Pasar Saham Global Bergejolak, Harga Emas Ikut Turun
Aksi jual terjadi dan kekhawatiran terhadap situasi ekonomi China membuat harga emas turun 0,5 persen menjadi US$ 1.153,60 per ounce.

Jika emas menembus di atas USD 1.850, itu membuka kesempatan harga emas ke depan bisa mencapai USD 1.870-1.880 hingga USD 1.900.

The Fed Jadi Penentu

Pertemuan The Fed, yang akan dilanjutkan dengan konferensi pers Ketua bank sentral Jerome Powell, adalah peristiwa makro terbesar minggu ini.

Analis mengharapkan untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk hawkish dalam hal kenaikan suku bunga pertama di bulan Maret dan kejelasan lebih lanjut seputar potensi limpasan neraca. Saat ini, pasar memperkirakan empat kenaikan suku bunga pada tahun 2022.

Sebagai informasi, istilah hawkish biasa muncul sebagai respon untuk menggambarkan kebijakan moneter yang cenderung kontraktif seperti menaikkan suku bunga atau mengurangi neraca bank sentral

"Dengan gelombang Omicron yang sekarang melewati puncaknya secara nasional, tidak banyak yang bisa menahan The Fed, terutama jika minggu depan (minggu ini) membawa berita tentang percepatan lebih lanjut dalam pertumbuhan upah," kata kepala ekonom Capital Economics Amerika Utara Paul Ashworth. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya