Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki target cakupan pendapatan dari ekonomi digital sebesar 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di 2025. Untuk itu, Indonesia diharapkan mampu memainkan perannya.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan, dengan target ini total pengguna digital juga harus mencapai 74 persen dari total populasi.
"Bagaimana Indonesia menyikapi ini supaya bisa menjadi pemain, bukan hanya penonton tapi memiliki ekosistem sendiri, memiliki kemampuan sendiri," katanya dalam Forum Ekonomi Merdeka, Senin (28/2/2022).
Advertisement
Guna mencapai hal tersebut, Pahala mengatakan perusahaan pelat merah perlu mengambil peran dan tentu perlu memberikan dukungan. Misalnya, di sektor pembangunan infrastruktur digital di Tanah Air.
"Kita harus menyiapkan dan mengembangkan infrastruktur digital dan BUMN itu akan mengambil posisi strategis, contohnya Telkom, dan Mitratel yang jadi salah satu pemain untuk pengembangan infrastruktur digital," terangnya.
Selain itu, BUMN juga memainkan peran dalam membangun platform digital di bebragai bagian, baik produk layanan digital. Misalnya, di sektor edutech hingga health tech.
"Harus dipastikan pemain dengan konten-konten lokal betul-betul menjadi tuan rumah, maka dari itu akses permodalan sangat penting untuk mendukung ini," katanya.
"Kami di Kementerian BUMN telah meluncurkan Merah Putih Fund sebagai fund yang dibangun BUMN untuk bisa mendanai soonicorn yang diharapkan nantinya akan menjadi unicorn," imbuh Pahala.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tenaga Kerja Digital
Dengan perkembangan ekonomi digital yang diprediksi akan terus meningkat, Pahala menyebut pada 2030 nanti Indonesia membutuhkan banyak digital talent.
Artinya, di Tanah Air diperlukam tenaga kerja yang cakap terhadap teknologi untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi digital di dalam negeri.
"Diperkirakan akan dibutuhkan 17 juta tenaga kerja di dunia ekonomi digital, yang dibutuhkan nanti bukan hanya programmer, tapi scientist high artificial intelligence specialist," katanya.
Dengan demikian, Indonesia hanya memiliki eaktu 8 tahun untuk mencetak talenta-talenta digital untuk mendorong ekonomi digital.
"Ini jadi tantangan bagaimana dalam 8 tahun kita bisa membangun dan mampu menyamakan kemampuan dengan talenta di sektor digital untuk bersaing dengan talenta global," katanya.
Advertisement