Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memastikan memindahkan ibu kota negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur seiring pengesahan UU IKN. Sesuai undang-undang, pemindahan status ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) akan dilakukan pada Semester I 2024.
Country Manager Rumah.com Marine Novita menyatakan, meskipun IKN akan pindah ke Kalimantan Timur namun pasar properti di wilayah Jabodetabek tidak lantas menurun. Apalagi pemindahan ibu kota akan dilakukan secara bertahap dimana untuk tahap awal akan fokus pada sektor pemerintahan terlebih dulu.
“Bisnis properti di wilayah Jabodetabek tetap akan memiliki potensi yang besar karena fungsinya sebagai pusat bisnis dan komersial. Hal ini menjadikan wilayah Jabodetabek sebagai lokasi tujuan investasi dan industri karena dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur yang sudah matang. Sehingga kebutuhan properti residensial di Jabodetabek masih sangat tinggi," jelas Marine dalam keterangan tertulis, Selasa (1/3/2022).
Advertisement
Masih tingginya kebutuhan properti residensial di wilayah Jabodetabek ini sebagaimana terlihat dari data Rumah.com Indonesia Property Market Index Kuartal IV 2021 dimana kenaikan harga tertinggi masih terjadi di tiga provinsi yang masuk area Jabodetabek, yakni Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Di Provinsi Banten, Kota Tangerang mencatat pertumbuhan harga tahunan paling signifikan, yakni sebesar 17,04 persen, diiringi dengan kenaikan suplai tahunan sebesar 39,93 persen. Namun tren pencarian di wilayah ini turun drastis, yakni sebesar 11,02 persen secara kuartalan.
Selain itu, Kota Tangerang tampaknya menjadi sasaran kalangan menengah yang menargetkan hunian di kisaran harga Rp 300-750 juta.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bogor Paling Menarik
Marine menjelaskan bahwa di Provinsi Jawa Barat, Kota Bogor menjadi wilayah yang semakin menarik di mata konsumen. Di saat kota lain mengalami penurunan tren pencarian, area ini justru mengalamai kenaikan pertumbuhan di atas 20 persen secara kuartalan.
“Situasi tersebut mungkin dipengaruhi oleh harga yang cenderung stagnan selama dua kuartal berturut-turut sehingga dinilai lebih menguntungkan untuk dibeli segera, terutama jika berniat investasi. Suplai hunian di Kota Bogor juga terus meningkat agar dapat mengikuti permintaan pasar yang semakin tinggi,” paparnya.
Sedangkan di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Barat mencatat penurunan terbesar. Jakarta Barat menjadi satu-satunya wilayah di DKI Jakarta yang mengalami penyusutan harga properti. Kondisi tersebut terlihat kontras dengan kuartal sebelumnya, ketika Jakarta Barat mengalami kenaikan harga terbesar secara kuartalan.
Meski demikian, peluang untuk kembali bertumbuh masih tetap ada.
Advertisement