3 Jurus Bank Indonesia Jinakkan Inflasi di 2022, Apa Saja?

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan terdapat 3 instrumen kebijakan yang akan dilakukan pada tahun 2022 untuk memastikan inflasi

oleh Tira Santia diperbarui 22 Mar 2022, 16:12 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2022, 16:12 WIB
Selama PPKM, Inflasi Agustus 2021 Diperkirakan 0,04 Persen
Pembeli berbelanja kebutuhan pokok di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi akan berlanjut pada bulan Agustus 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan terdapat 3 instrumen kebijakan yang akan dilakukan pada tahun 2022 untuk memastikan inflasi, stabilitas moneter, dan stabilitas makroekonomi sistem keuangan tetap terjaga ditengah gempuran ketidakpastian ekonomi global.

“Kami laporkan mengenai rencana kebijakan Bank Indonesia di Tahun 2022, mulai dengan kebijakan moneter. Perlu kita lihat sekarang ini adalah bagaimana menyikapi ketidakpastian pasar keuangan Global, termasuk yang tadi kami sampaikan kenaikan FFR maupun juga risiko geopolitik,” kata Perry dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (22/3/2022).

Tiga instrumen itu diantaranya, instrumen stabilisasi nilai tukar, instrumen manajemen likuiditas, dan manajemen suku bunga. 

Kata Perry, untuk stabilisasi nilai tukar Indonesia hingga kini masih terjaga. Hal itu merupakan hasil koordinasi dengan Pemerintah dan juga intervensi di pasar valas.

“Sejauh ini kami memang tidak melakukan intervensi, karena surplus dari neraca perdagangan, tapi kami tetap siaga kalau memang itu diperlukan. Kenaikan FFR tentu saja telah meningkatkan suku bunga yield US treasury dan karena itu juga yield SBN mengalami kenaikan,” ujarnya.

Itulah langkah untuk melakukan stabilisasi di sisi moneter dan juga sistem keuangan dalam menyikapi kenaikan suku bunga Fed fund rate (FFR).

 

Instrumen Selanjutnya

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Instrumen kedua, yaitu normalisasi kebijakan likuiditas melalui operasi moneter dan kenaikan secara bertahap Giro Wajib Minimum (GWM), dengan tetap menjaga kemampuan bank memberikan kredit dan partisipasi pembelian SBN.

Selanjutnya, instrumen ketiga yaitu suku bunga diusahakan akan terus dipertahankan rendah sampai dengan tanda-tanda kenaikan inflasi.

Perry menegaskan, kebijakan moneter Indonesia untuk tahun ini lebih Pro stability, sekaligus untuk antisipasi jika nanti terjadi kenaikan-kenaikan inflasi.

Sementara untuk empat instrumen Bank Indonesia yang lain yakni makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang, maupun ekonomi keuangan inklusif dan hijau, UMKM, ekonomi keuangan syariah akan terus diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya