Akselerasi Pajak Karbon, PLN Jalin Kerja Sama dengan Eropa

PLN terus berupaya mengurangi emisi karbon di Indonesia

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Apr 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2022, 13:30 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan 3 proyek infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang dibangun PT Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan 3 proyek infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang dibangun PT Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) bersama Energy Academy Indonesia (ECADIN) menggandeng European Commission of Climate Action guna meningkatkan kompetensi dalam mengakselerasi pencapaian target carbon neutral melalui perdagangan karbon di Tanah Air.

Langkah ini juga untuk mendukung kebijakan pajak karbon yang mulai diterapkan pemerintah dalam waktu dekat.

Sebagai pemain utama dalam perdagangan karbon di Tanah Air, PLN siap mengadopsi keberhasilan penerapan Emissions Trading Systems (ETS) di sejumlah negara Eropa seperti Belanda, Belgia dan Jerman.

"Kami membutuhkan guidance dan pengalaman Eropa dalam menjalankan ETS ini. Sharing ini sangat bermanfaat bagi kami dalam mengiimplementasikan di Indonesia," ujar Direktur Manajemen dan Sumberdaya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto, Kamis (7/4/2022).

PLN juga berharap ke depannya implementasi ETS ini dapat secara signifikan mendukung pencapaian target NDC pada 2030 dan target carbon neutral pada 2060.

Duta Besar Indonesia Untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi menjelaskan, Indonesia sudah meratifikasi Paris Agreement untuk mengurangi emisi global.

 

Buka Kerja Sama

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Bandung, Jawa Barat
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Bandung, Jawa Barat (dok: PLN)

Untuk bisa memaksimalkan upaya mencapai target tersebut, Indonesia membuka kerja sama dengan semua pihak, baik dari sisi investasi maupun transfer knowledge.

Peningkatan kapasitas dengan European Commission of Climate Action dirasa mampu meningkatkan potensi Indonesia dalam pengembangan energi bersih di Indonesia.

"Melalui kerja sama dengan Eropa, PLN dapat menyerap informasi dan mekanisme dalam pengembangan energi bersih sehingga dapat meningkatkan kapasitas perseroan dalam mencapai target pengurangan emisi karbon," ujar Andri Hadi.

Deputy Head of Unit Policy Coordination, International Carbon Markets, European Commission, DG Climate Action Gregorin Polona menjelaskan, sejumlah negara di Eropa telah menerapkan skema ETS sejak tahun 2005. Bahkan dari skema ETS, para negara anggota yang tergabung bisa meraup tambahan pendapatan yang cukup signifikan.

 

Harus Sinergi

Hutan Bakau di Pesisir Marunda Memprihatinkan
Kondisi hutan bakau di pesisir kawasan Marunda, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Tutupan hutan tersebut berakibat bertambahnya emisi karbon dioksida hingga 4,69 kilo ton. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut dia, dalam upaya pengurangan emisi global harus dilakukan bersama. Kolaborasi antara perusahaan dan stakeholder menjadi kunci penting dalam mengeksekusi perdagangan karbon sebagai salah satu strategi penurunan emisi.

"Pada awalnya memang banyak pihak yang wait and see. Mamun melihat tren yang terus tumbuh dan revenue yang bisa didapat secara signifikan mampu mendorong keterlibatan banyak pihak," ungkap Polona.

Dalam menjalankan ETS, lanjut Polona, EU juga membuka ruang diskusi dan menampung semua aspirasi negara anggota. Sebab, setiap negara memiliki pengembangan pembangkit ataupun upaya pengurangan karbon yang berbeda.

Perlu juga, kata Polona untuk bisa menerapkan ETS ini sebagai salah satu instrumen dalam rencana investasi perusahaan ke depan.

"Setiap ada rencana investasi baru yang akan masuk bisa ditawarkan skema ETS ini. Bisa menjadi daya tarik dalam menggaet investasi," pungkasnya.

Infografis
Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya