Ekonomi Pulih, Pengusaha Ritel Bakal Ekspansi Bertahap

APRINDO memprediksi akan terjadi ekspansi yang cukup besar di sektor ritel, seiring pulihnya perekonomian dampak pandemi covid-19.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Mei 2022, 12:50 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2022, 12:50 WIB
Pusat Perbelanjaan Sarinah Mulai dibuka
Pengunjung beraktivitas saat pembukaan kembali pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Senin (21/3/2022). APRINDO memprediksi akan terjadi ekspansi yang cukup besar di sektor ritel, seiring pulihnya perekonomian dampak pandemi covid-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi akan terjadi ekspansi yang cukup besar di sektor ritel, seiring pulihnya perekonomian dampak pandemi covid-19.

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, mengatakan, setelah dua tahun pandemi berlalu, kini sektor ritel mulai berekspansi. Misalnya untuk supermarket diprediksi akan berekspansi hingga 5-6 gerai di tahun 2022 ini.

“Supermarket juga aka nada ekspansi tahun ini, supermarket yang tahun lalu hanya sekitar 2-3 gerai yang diekspansikan tahun ini diperkirakan bisa 5-6 gerai,” kata Roy dalam acara Nasib industri ritel pasca lebaran, Senin (9/5/2022).

Sementara, untuk minimarket tahun lalu hanya berekspansi 600 minimarket per 1 perusahaan ritel, maka tahun ini diprediksikan bisa sampai 800-900 gerai. Lalu, untuk Hypermarket yang tahun lalu berekspansi sekitar 1-2 gerai, tahun ini bisa berekspansi sampai 4-5 gerai.

“Jadi pertumbuhan ritel adalah pertumbuhan dari ekspansi store, yang akan menimbulkan market baru, konsumen baru, dan juga produktivitas yang baru. Oleh karena itu pertumbuhan ritel ini ketika pandeminya sudah mulai turun maka bisa berakselerasi kembali,” jelasnya.

Lebih lanjut, Roy mengungkapkan ada 3 strategi Aprindo supaya bisa tetap bertahan dari dampak pandemi covid-19. Diantaranya, pertama, melakukan efisiensi. Kedua, berusaha menggandeng kemitraan-kemitraan, baik itu kemitraan sesama ritel maupun kemitraan dengan marketplace.

Ketiga, “(Kerjasama) dengan pihak asing sebagai pembelian saham. Ini beberapa hal yang membuat kita terus bertahan disamping kita ketahui equity yang terpakai pada 2 tahun lalu sedang diupayakan kembali dengan kolaborasi dan akuisisi dan penambahan modal kerja,” ujarnya.

Dia menegaskan, upaya-upaya tersebut diusahakan sendiri oleh masing-masing perusahaan ritel, yang artinya belum ada bantuan dan dukungan apapun dari Pemerintah.

“Maka kami menyuarakan agar sektor ritel menjadi sektor prioritas karena memberi kontribusi langsung pada PDB,” pungkasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,01 Persen di Kuartal I 2022

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen. Angka ini mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan pada kuartal IV-2021 yang pertumbuhannya 5,02 persen

"Dengan demikian pertumbuhan ekonomi kuartal I secara kuartal mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan dengan kuartal IV-2021 dan ekonomi indonesia tumbuh 5,01 persen secara tahunan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (9/5).

Margo menjelaskan kontraksi tersebut disebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 berada di posisi low base effect. Sebab pada tahun tersebut pertumbuhannya terkoneksi 0,70 persen.

"Tingginya angka pertumbuhan ini selain karena aktivitas ekonomi, karena low base effect kuartal I yang terkontraksi 0,70 persen," kata dia.

Sementara itu, ekonomi Indonesia bila dihitung berdasarkan PDB pada kuartal I-2022 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 4513 triliun. Sedangkan bila berdasarkan harga konstan Rp 2819,6 triliun.

Adapun faktor pendukung pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain kapasitas produksi industri pengolahan sebesar 72,54 persen. Indeks penjualan ritel dini tumbuh meyakinkan 12,17 persen.

Dari PMI manufaktur mencapai level 51,77 persen, lebih tinggi dari Q1-2021 sebesar 50,01 persen. PLN juga melaporkan konsumsi listrik industri ini tumbuh meyakinkan sebesar 15,44 perse.

"Artinya aktivitas sektor industri mengalami pertumbuhan," kata dia.

Impor barang modal dan produksi ini tumbuh pada kuartal I-2022. Barang modal tumbuh 30,68 persen, bahan baku tumbuh 33,4 persen dan barang konsumsi tumbuh 11,77 persen.

Dari Sisi Suplai dan Konsumsi

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dari sisi suplai dan konsumsi, penjualan mobil penumpang tumbuh 45,9 persen. Jumlah penumpang angkutan udara mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 58,13 persen.

Dari sisi suplai dan konsumsi, penjualan mobil penumpang tumbuh 45,9 persen. Jumlah penumpang angkutan udara mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 58,13 persen.

Selain itu, jumlah kedatangan wisman dari pintu utama ini tumbuh secara impresif. Meski belum besar tapi jumlah pertumbuhannya 228,24 persen dibandingkan tahun lalu.

Penerimaan PPh juga tumbuh 18,8 persen. Artinya pajak perusahaan meningkat dan pungutan pajak pegawai ini meningkat. Begitu juga dengan penerimaan PPh badan tumbuh 136 persen.

"Ini diindikasikan kegiatan di korporasi ada pertumbuhan karena PPh badan-nya ini tumbuh secara impresif, artinya ekonomi menggeliat di kuartal I-2022," kata dia.

Disisi lain, belanja barang dan bansos untuk penangan dan pencegahan dampak Covid-19 di masyarakat menurun masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.

"Disini memperlihatkan aktivitas ekonomi ini tergantung mobilitas penduduk," kata dia mengakhiri.

Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17 Persen di 2022

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bertengger di kisaran 5,17 persen secara tahunan.

Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bertengger di kisaran 5,17 persen secara tahunan atau year on year (yoy), yang dimulai dengan proyeksi capaian 4,95 persen yoy laju kenaikan PDB pada triwulan I-2022.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan ekonomi Tanah Air di tahun ini. Salah satunya, perbaikan harga komoditas yang telah berlangsung sejak akhir 2020 lalu.

Menurutnya, peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO), batubara, dan nikel akan meningkatkan transaksi belanja dan berujung pada perbaikan ekonomi di daerah.

"Kenaikan harga batubara akan meningkatkan penjualan mobil niaga sementara peningkatan harga CPO akan mendorong penjualan mobil penumpang. Sektor turunan lainnya juga diprediksi akan mengalami perbaikan sejalan dengan stabilitas harga komoditas," ujar Andry dalam keterangannya, Senin (9/5).

Lebih dari itu, bila mobilitas masyarakat dilonggarkan dan kasus Covid-19 dapat ditekan atau tidak ada varian baru yang mematikan, maka pemulihan ekonomi daerah dipastikan akan lebih masif. Sebab dengan begitu, pembangunan yang memicu perbaikan kualitas infrastruktur di daerah mampu menopang keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Merujuk data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) setidaknya terdapat sebanyak 201 proyek dan 10 program dalam Proyek Strategis Nasional Terbaru. Tidak hanya di Pulau Jawa, proyek strategis nasional ini juga tersebar di luar Pulau Jawa.

"Tingkat pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara yang semakin masif sangat berdampak pada kemudahan mobilitas antar wilayah, baik untuk mobilitas manusia maupun barang," imbuhnya. 

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya